Palapanews.com- Penyakit kardiovaskuler yaitu penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia dan paling sulit terdeteksi gejalanya. Salah satu penyebab terjadinya penyakit jantung koroner terjadi karena adanya aliran darah ke jantung yang terhambat oleh lemak.
Penimbunan lemak dalam pembuluh darah arteri jantung ini dikenal dengan istilah aterosklerosis. Selain mengurangi suplai darah ke jantung, aterosklerosis juga menyebabkan terbentuknya trombosis atau penggumpalan darah. Sehingga, aliran darah ke jantung terblokir dan terjadi Infark Miokard (serangan jantung).
Gaya hidup modern yang minim aktivitas dan gerakan fisik serta pola makan yang tidak sehat, kurang istirahat, tingkat stres tinggi, pola makan yang berlebihan (terlalu banyak kalori, gula, tepung, gluten, dan garam), merokok dan mengonsumsi alkohol termasuk kebiasaan yang harus diubah karena dampak dari kebiasaan tersebut dapat memicu terjadinya penyakit jantung koroner.
“Cek kesahatan harus dilakukan berkala. Tes darah untuk memeriksa kadar natrium, kalium, albumin, dan kreatinin sangat disarankan untuk mendeteksi dini penyakit jantung. Tingkat abnormal bisa menunjukkan adanya masalah pada organ tubuh seperti ginjal, hati, dan adanya tanda gagal jantung. Tes darah juga dapat mengukur kadar kolesterol yang berpengaruh pada kesehatan jantung,” ujar Health Claim Senior Manager Sequis dr. Yosef Fransiscus dalam keterangan persnya.
Namun, tekanan darah bisa naik atau turun. Hal ini tergantung pada usia, kondisi jantung, emosi, aktivitas, dan obat-obatan yang sedang dikonsumsi. “Saat sedang tinggi tidak berarti Anda memiliki tekanan darah tinggi. Anda perlu mengukurnya pada waktu yang berbeda ketika Anda sedang beristirahat untuk mengetahui angka-angka khas Anda saat rileks,” tambah dr Yosef.
Salah satu tindakan preventif yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit jantung adalah menjalankan gaya hidup sehat yaitu memperhatikan pola makan dan berolah raga. Pola makan yang dimaksud seperti banyak mengonsumsi serat dan protein nabati ketimbang karbohidrat dan lemak.
Mengurangi konsumsi garam dan gula serta minum air mineral sekurangnya 3 liter sehari, 1 gelas per jam yang setara dengan 13 gelas plastik kecil 240 ml. Puasa makan 1x dalam seminggu juga baik untuk memberikan kesempatan lambung dan usus sempat bersih alami dan dapat memproses makanan dengan baik.
“Selain memperhatikan pola makan, rutinlah berolahraga sekitar 3-5 kali seminggu dengan durasi sekitar 60 menit (1 jam). Pilihlah olahraga yang tidak terlalu berat. Karena pada pasien jantung, olahraga kompetitif dapat memicu terjadinya peningkatan tekanan darah,” imbuh dr Yosef.
Adapun olahraga baik dilakukan untuk menjaga stamina tubuh namun memiliki batas toleransi. Jika sudah pernah terkena penyakit jantung maka sebaiknya menghindari olahraga yang kompetitif seperti futsal, basket, tenis, dan sejenisnya.
Ia menyarankan agar pasien jantung melakukan olahraga yang terarah, terukur, dan low impact seperti yoga, pilates, sepeda, jalan sehat, dan berenang. Olahraga yang dapat memicu pelepasan hormon endorfin adalah olahraga terbaik bagi penyakit jantung. Tentunya intensitasnya pun juga disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. (red)