SERANG, PalapaNews.com – Jelang Hari Santri Nasional 22 Oktober mendatang, kader-kader muda Nahdlatul Ulama (NU) bakal menggelar “Napak Tilas Pendiri Bangsa, Tribut To Syaikh Nawawi Al-Bantani.”
Kegiatan Napak Tilas tersebut berupa “Simposium Nasional Pemikiran dan Gerakan Syaikh Nawawi Al Bantani, Sang Perintis Nasionalisme Berbasis Islam” dan sayembara penulisan essai tentang pemikiran dan gerakan Syaikh Nawawi Al Bantani, memperebutkan “Syaikh Nawawi Award.”
Dipilihnya Syaikh Nawawi sebagai tokoh yang diangkat kali ini sudah penuh pertimbangan. Syaikh Nawawi merupakan ulama besar yang sudah internasional. “Penting bagi kita generasi muda, untuk mengenal ulama sekaliber Syaikh Nawawi. Baik dari sisi lokalitas, nasionalitas dan internasionalitas-nya,” kata Muhammad Rafsanjani, Ketua Panitia Pelaksana, Sabtu (3/9/2016).
Syaikh Nawawi merupakan ulama besar yang merupakan guru bagi ulama-ulama besar di dunia, termasuk di Nusantara. Justru ironis, lanjut Rafsan-sapaan akrabnya, ketika ulama sebesar Syaikh Nawawi dewasa ini kurang dikenang dan gagasan-gagasan gerakannya tidak muncul ke permukaan, baik itu pada dunia akademis maupun non akademis. Padahal, Syaikh Nawawi adalah soko guru khazanah dan gerakan Islam Indonesia.
“Atas dasar inilah, kami memandang perlu dihelat sebuah acara yang memberi stimulus munculnya kajian-kajian ilmiah, meng-ekspos sekaligus mengenang, meneladani Syaikh Nawawi Al-Bantani,” kata Rafsan.
Keteladan dari beliau kita harapkan menjadi pendorong mempererat persatuan antar-umat Islam Indonesia. Dengan menyemai gagasan dan gerakan Syaikh Nawawi sebagai gerakan bagi penerus bangsa, Rafsan menambahkan.
Ahmad Nurkholid, Penanggung Jawab Kegiatan menambahkan, kegiatan Simposium Nasional menghadirkan KH. Ma’ruf Amin, DR H. Ade Komarudin, Prof. DR. Abdurrahman Mas’ud, KH Agus Sunyoto, Abdul Munir Mulkam, Prof. DR. Baharun dan DR Immanuel Subangun sebagai narasumber.
“Para narasumber akan menyampaikan beragam tinjauan gagasan dan gerakan Syaikh Nawawi, seperti sosial dan politik, kemanusiaan, keagamaan, nasionalisme,” tandasnya.
Lantas dalam penulisan essai, sebagai Juri akan ditunjuk KH Ma’ruf Amin (Rois Aam Syuriah PBNU), KH Said Aqil Siradj (Ketua Umum Tanfidziyah PBNU), KH Agus Sunyoto, Prof DR Masykuri Abdillah dan Prof. DR Maksum Mahfudz.
Sayembara penulisan kata Holid, yang juga Direktur Eksekutif Bangun Indonesia Institut ini, terbuka untuk umum. Sudah barang tentu dengan beberapa syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi. Sedangkan peserta Simposium Nasional, panitia mengundang seluruh pengurus Ormas Islam, peneliti, wartawan, aktivis pemuda dan mahasiswa.
Sekilas tentang Syaikh Nawawi
Syaikh Nawawi merupakan ulama kelahiran Tanara, Kecamatan Tirtayasa, Serang, Banten. Bernama lengkap Abu Abdullah Al-Mu’thi Muhammad Nawawi bin Umar Al-Tanari Al Bantani Al Jawi.
Sosoknya terkenal ulet untuk mencari ilmu. Ia disebut-sebut pertama kali belajar dengan ulama besar asal Purwakarta, KH Yusuf. Setelahnya ia memutuskan untuk pergi ke tanah suci guna menunaikan ibadah haji. Tidak sampai disitu, usai pelaksanaan ibadah haji, Syaikh Nawawi tidak langsung kembali ke Tanah Air. Ia kembali mendatangi sejumlah ulama besar yang berada di Makkah.
Beberapa ulama tersebut antara lain: Syaikh Ahmad Khatib Sambas yang merupakan Imam Masjidil Haram, Syaikh Nahrawi, Syaikh Ahmad Dimyati Syaikh Nahrawi, Muhammad Khatib Hambali, Ahmad Zaini Dahlan dan Syaikh Abdul Hamid Daghestani.
Syaikh Khatib Sambas belakangan menunjuk Syaikh Nawawi untuk menggantikannya sebagai Imam Masjidil Haram, lantaran uzur. Dari sinilah ia mulai disapa sebagai Syaikh Nawawi Al Jawi.
Sosok Syaikh Nawawi juga dikenal sebagai penulis yang produktif. Beberapa literatur menyebut karyanya sudah mencapai lebih dari 100 judul beragam disiplin ilmu, mulai dari ilmu kalam, tauhid, tafsir, syariah, sejarah dan lain-lain. Sejumlah karyanya yang diakui dunia internasional seperti Tafsir Marah Labid, Atsimar al-Yaniah fi Ar-Riyadah al-Badiah, Nurazh Sullam, al-Futuhat al-Madaniyah, Tafsir Al-Munir, Tanqih Al-Qoul, Fath Majid, Sullam Munajah, Nihayah Zein, Salalim Al-Fudhala, Bidayah Al-Hidayah, Al-Ibriz Al-Daani, Bugyah Al-Awwam, Futuhus Samad, dan al-Aqdhu Tsamin, yang sebagian dari karya-karyanya itu diterbitkan di Timur Tengah.
Syaikh Nawawi wafat pada usia 84 tahun di Syeib A’li, sebuah kawasan di pinggiran kota Makkah, tepatnya 25 Syawal 1314 H (1879 masehi). (rls)