Palapa News – Rencana PT Kereta Api Indonesia (KAI) menghapukan Kereta Rel Listrik (KRL) Ekonomi disarankan untuk dikaji ulang. Pasalnya, penghapusan tersebut dipastikan berimbas terhadap pengguna jasa kereta murah meriah yang selama ini menjadi pelanggan setia.
Demikian dikatakan pengamat transportasi dan infrastruktur dari Universitas Teknologi Indonesia (ITI), Nur Hakim. Menurutnya, keputusan meniadakan KRL Ekonomi perlu dipertimbangkan.
“PT KAI perlu mempertimbangkan keputusan itu. Karena ini bukan soal masalah teknis saja, tetapi masalah sosial,” ujarnya.
KRL Ekonomi, kata dia, sudah menjadi bagian yang terpisahkan dengan masyarakat. Alasannya, karena sarana transportasi yang murah meriah ini menjadi alat transportasi setiap hari.
“Untuk mengatasi persoalan itu, PT KAI harus menyiasati bagaimana mengajak penumpang kereta ekonomi mengunakan kereta Commuter Line yang harga tiketnya lebih mahal. Cara menyiasatinya bisa juga dengan memberikan subdisi kepada para penguna kereta ekonomi,” ujarnya.
Meski begitu, Nur Hakim mengapresiasi upaya PT KAI yang terus berusaha memperbaiki sarana transportasi massal. “Meniadakan operasional KRL Ekonomi tentu untuk memudahkan sistem operasional kereta yang telah memasuki tahap perbaikan transportasi massal di Indonesia. Tapi itu perlu pertimbangan karena efeknya terhadap masyarakat banyak,” tandasnya.
Seperti diberitakan, KRL Mania menolak kebijakan PT KAI menghentikan operasional Kereta Rel Listrik (KRL) non AC per 1 April mendatang. Pasalnya, kebijakan tersebut dinilai dapat memberikan kesenjangan kepada penumpang transportasi kereta ekonomi.
“Kami menolak tegas rencana penghentikan KRL non AC lintas Ciputat. Kereta ekonomi masih dibutuhkan penumpang dari Tangerang,” kata juru bicara KRL Mania Lintas Jombang, Lisa.
Ia menambahkan, perusahaan BUMN tersebut tidak memberikan kesempatan kepada warga tidak mampu untuk mengunakan kereta murah. Menurutnya, perusahaan plat merah itu harusnya memberikan solusi bagi penumpang kereta ekonomi yang harganya tiketnya lebih murah.
Dengan penghapusan kereta murah meriah itu, kata dia, bakal mengharuskan penumpang KRL Ekonomi untuk beralih naik kereta Commuter Line, yang notabene harga tiketnya lebih mahal.
“Kalau ongkos KRL Commuter Line harga tiket sekitar Rp 8000 per penumpang, maka ongkos untuk membeli tiket lebih mahal. Perbedaaan harga tiket ekonomi dengan tiket KRL CommuterLine sebesar Rp 6.500, atau harga tiket KRL Ekonomi Cuma Rp 1.500,” terangnya.(kie)