PalapaNews. Untuk mewaspadai gerakan terorisme dan radikalisme, Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Kota Tangerang menggelar forum dialog masyarakat yang diikuti Perwakilan pengurus Rukun tetangga (RT) dan Rukun warga (RW) se-Kota Tangerang.
Wakil Walikota Tangerang, Arief R. Wismansyah, menyatakan, terorisme dan radikalisme merupakan masalah “siluman” yang bisa muncul kapan saja dan timbul karena adanya pemahaman keliru tentang ajaran agama. Terorisme juga tidak terlihat karena memang para pelaku terorisme dapat merangkul siapa saja dan sulit dideteksi, nampak seperti tidak ada tapi ada.
“Semua pihak harus waspada dan guna menangkal gerakan ini diperlukan kerjasama semua komponen masyarakat termasuk para ketua RT dan RW. Kita sangat apresiasi peran serta RT/RW, karena memang RT/RW bersentuhan langsung dengan lingkungan sekitar.” ungkapnya.
Arief menambahkan, Kota Tangerang lebih dari 30 persen penduduknya merupakan pendatang dari berbagai daerah. Seiring dengan kemajuan ekonomi semakin bertambah pendatang masuk ke Kota Tangerang. Hal ini tentunya perlu diwaspadai jangan sampai ada pihak-pihak yang memanfaatkan.
“Kita harus dapat merangkul semua lapisan masyarakat, terutama pendatang untuk beradaptasi dengan budaya dan lingkungan setempat sehingga tidak terjadi resistensi dan kesalahpahaman. Untuk itu semua lapisan masyarakat diajak untuk mampu bersinergi dalam bersama-sama mencegah dan menanggulangi bahaya terorisme.
Sementara itu, Dr. Sihabudin Noer mengungkapkan bahwa faktor akar rumput dalam hal ini diwakili oleh RT/RW sangat berperan dalam menangkal terorisme. Selain itu, konsep akhlakul karimah yang selama ini diterapkan di Kota Tangerang sedikit banyak berperan dalam menciptakan budaya masyarakat yang tertata dan bersinergi. Dan ini dianggap penting dalam upaya menangkal gerakan terorisme.
“Dan yang paling berperan salah satunya ya RT/RW,” ungkap Akademisi yang aktif mengajar di salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Tangerang ini.
Sihabudin juga menekankan bahwa Terorisme tidak ada bentuknya tapi tercium baunya. Sepanjang masih ada orang yang berpikiran sempit, merasa paling benar dan kesenjangan sosial masih lebar, kemungkinan terorisme masih bisa muncul. Para pelaku terorisme ini juga, menurut Sihabudin rata-rata masih berusia muda sekitar 15 hingga 30 tahun.
Pemahaman agama yang sempit dan latar belakang keluarga menjadi faktor mereka dapat didoktrin oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Untuk itu, pembinaan pemuda seperti dalam wadah karang taruna harus terus ditingkatkan.(nai)