
Palapanews.com- Direktur Eksekutif Centre of Intellegence and Strategic Studies (CISS), Ngasiman Djoyonegoro pembangunan di Indonesia tidak melulu berkutat di pulau Jawa alias Jawasentris.
“Semangatnya harus berubah menjadi Indonesiasentris,” katanya saat Diskusi Terbatas: Pembangunan Nasional Berbasis Desa, di Kampus Perbanas, Jakarta, Sabtu (19/11/2016).
Revitalisasi konsep Indonesia keluar dari Jawasentris, menurutnya agar Indonesia tidak menjadi slogan artifisial, tapi benar-benar nyata dalam wujud kesejahteraan yang merata.
“Pergolakan yang sering terjadi di Indonesia akibat ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat. Ini upaya mendorong investasi dari luar Jawa,” kata Ngasiman menambahkan.
Maka itu, menurutnya pemerintah harus serius mewujudkan konsep pembangunan desa tersebut. Alasannya, sebagian besar wilayah di Indonesia adalah perdesaan, sebanyak 72.944 desa. Dimana 54% penduduknya masih tinggal dan bermatapencarian di desa. Ditambah lagi 63,27% penduduk desa masih miskin.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi aktivitas pembagunan terhadap pertumbuhan ekonomi masih terkumpul di Jawa, dengan komposisi Jawa 57,5%, Sumatera 23,2%, Bali-Nusa Tenggara 2,9%, Kalimantan 8,7%, Sulawesi 5,2%, Maluku 0,8%, Papua-Papua Barat 1,7%.
Untuk realisasi investasi sepanjang 2014-2015 di Jawa naik 13% dari Rp263 triliun menjadi Rp297 triliun dengan proporsi investasi dari 57% tahun 2014, turun 54% di 2015.
Sedangkan luar Jawa nilai investasi sebesar Rp200 triliun di 2014 jadi Rp249 triliun di 2015, mengalami pertumbuhan 25%. Proporsi investasi dari 43% menjadi 46% di 2015. (rls/one)