Transformasi Bank Sampah Tri Alam Lestari: Dari Minyak Jelantah Jadi Sabun hingga Pemasaran Digital

Palapanews.com- Transformasi pengelolaan sampah memasuki babak baru. Tidak lagi sekadar memilah dan menabung, Bank Sampah Tri Alam Lestari kini melahirkan produk-produk inovatif bernilai ekonomi melalui kolaborasi dengan perguruan tinggi.

Inisiatif ini diwujudkan dalam Program Kemitraan Masyarakat (PKM) hasil sinergi Tanri Abeng University (TAU) dan Universitas Multimedia Nusantara (UMN), bertajuk “Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat sebagai Strategi Green Economy terhadap Pengelolaan Sampah Berbasis IPTEK.”

Program yang berlangsung Sabtu, 13 September 2025, di Bank Sampah Tri Alam Lestari, Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, mendapat dukungan pendanaan dari Direktorat Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Inovasi (DPPM) Kemendiktisaintek 2025. Lebih dari sekadar pelatihan, kegiatan ini menegaskan pentingnya inovasi, diversifikasi produk, dan pemanfaatan teknologi digital dalam mewujudkan ekonomi hijau di tingkat masyarakat.

Tiga workshop menjadi inti kegiatan PKM kali ini:

Pembuatan Sabun Cair dari Minyak Jelantah
Dahrul Effendi, M.T., melatih peserta mengolah minyak jelantah yang kerap menjadi limbah rumah tangga menjadi sabun cair ramah lingkungan. Produk ini tidak hanya bermanfaat untuk kebutuhan rumah tangga, tetapi juga memiliki potensi komersial.

Pembuatan Biji Plastik
Dr. Li. A. Hairul Umam, M.Hum., memperkenalkan teknik mengolah sampah plastik menjadi biji plastik sebagai bahan baku industri kreatif maupun manufaktur. Produk ini diyakini memiliki peluang pasar luas seiring tren industri daur ulang global.

Sosialisasi Website E-commerce
Dinar Ajeng Kristiyanti, M.Kom., memperkenalkan platform digital baru sebagai etalase online produk daur ulang. Website ini mendukung pengelolaan tabungan, setoran, penarikan, hingga laporan keuangan bank sampah. Digitalisasi ini membuka akses pasar lebih luas, memberi sentuhan profesional pada branding produk, sekaligus mempermudah pengurus dan nasabah.

PKM ini dipimpin oleh Dr. Li. A. Hairul Umam (TAU) sebagai ketua tim, dengan anggota Dinar Ajeng Kristiyanti (UMN), Dr. Paidi, WS., M.M. (TAU), serta dukungan mahasiswa TAU. Dari pihak mitra, kegiatan diketuai Tri Sugiarti selaku Ketua Bank Sampah Tri Alam Lestari.

Dalam sambutannya, Dr. Li menekankan peran nyata perguruan tinggi dalam mengatasi persoalan lingkungan.
“Kami ingin memastikan bank sampah bukan sekadar tempat pemilahan, tetapi juga pusat inovasi yang mampu menciptakan produk bernilai tambah dan mandiri secara ekonomi,” tegasnya.

Dinar Ajeng Kristiyanti menambahkan pentingnya digitalisasi sebagai tonggak pemberdayaan masyarakat.
“Dengan adanya website e-commerce, produk daur ulang bisa dipasarkan lebih profesional dan menjangkau pasar yang lebih luas,” ujarnya.

Sementara itu, Tri Sugiarti menyampaikan apresiasi atas pendampingan para akademisi.
“Selama ini fokus kami hanya mengumpulkan sampah, tetapi sekarang kami bisa membuat produk baru seperti sabun cair dan biji plastik, serta memasarkan secara online,” ungkapnya.

Indonesia masih menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat, setiap tahun Indonesia menghasilkan lebih dari 56,63 juta ton sampah. Dari jumlah itu, 39,01% (22,09 juta ton) berhasil dikelola dengan baik, 21,85% (12,37 juta ton) masih ditimbun di TPA dengan metode open dumping, sementara 39,14% (22,17 juta ton) terbuang ke lingkungan melalui pembakaran, pembuangan ilegal, atau masuk ke badan air.

Program PKM ini menegaskan bahwa bank sampah harus melangkah lebih jauh. Inovasi produk menjadi kunci, mulai dari sabun cair berbahan minyak jelantah yang ramah lingkungan hingga biji plastik yang dibutuhkan industri. Digitalisasi melalui e-commerce pun menjadi solusi keterbatasan pasar, memungkinkan produk menjangkau konsumen lebih luas termasuk kalangan korporasi peduli lingkungan.

Bank Sampah Tri Alam Lestari kini tidak hanya bicara soal “mengurangi sampah,” tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru, memperkuat kemandirian masyarakat, dan meretas jalan menuju masa depan yang lebih hijau serta berkelanjutan. (red)