Palapanews.com – Menggandeng Gugus Mitigasi Lebak Selatan (GMLS), mahasiswa UMN menggelar edukasi mitigasi bertajuk “Temanku Si Tsunami” dalam program kampus Humanity Project Batch 5.
Kegiatan berlangsung pada 16-19 November 2024 di SDN 03 Situregen, Desa Situregen, Kecamatan Panggarangan, Lebak-Banten. Desa ini daerah yang termasuk kawasan rawan kebencanaan.
Program berfokus pada peningkatan kesadaran serta keterampilan mitigasi bencana melalui serangkaian kegiatan interaktif yang dirancang untuk memberikan pengalaman nyata terkait kebencanaan.
Pendekatan ini diharapkan menjadi langkah awal dalam membangun budaya kesiapsiagaan di kalangan masyarakat, khususnya pada anak-anak dan komunitas lokal.
Acara merupakan hasil kolaborasi antara lima mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) yakni: Gabriel Kristian, Bernadette Florine, Dhia Ara Ghaniapasha, Muhaman Syihab, dan Gabriela Christie, dipandu langsung oleh GMLS serta Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Situregen.
Kerja sama lintas pihak ini bertujuan untuk memberikan kontribusi nyata dalam edukasi mitigasi bencana, khususnya di daerah rawan seperti Desa Situregen.
Melalui sinergi ini, “Temanku Si Tsunami” berhasil mengintegrasikan semangat edukasi dengan pendekatan kolaboratif untuk membangun kesiapsiagaan masyarakat terhadap ancaman bencana.
Anis Faisal Reza, Ketua GMLS, turut membenkan apresiasi terhadap acara Temanku Si Tsunami. Kata dia edukasi ke sekolah adalah satu hal yang penting. Meskipun megathrust tidak diketahui kapan akan terjadi, namun urgensi pembekalan mitigasi untuk anak anak sejak dini adalah hal yang sangat diperlukan.
“Saya membenkan apresiasi untuk “Temanku, Si Tsunami” karena ada pendekatan interaktif dalam edukasi seperti sensoring sekitar sekolah, untuk mengidentifikasi titik aman kemudian mempelajari bagaimana terjadinya gelombang melalu wave tank dan berbagai kegiatan juga untuk orangtua.
Berkenaan dengan jalannya acara Temanku, Si Tsunami. pendekatan acara dilakukan dengan mengajak siswa dan orangtua untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan edukatif penggambaran kebencanaan, di antaranya:
– Sosialisasi & Simulasi Kebencanaan dengan Virtual Reality (VR): Siswa belajar tentang langkah-langkah evakuasi dini pentingnya memilki tas siaga bencana, zona rendaman tsunami, dan zona evakuasi terdekat.
– Prototype Wave Tank & Patahan: Menggunakan Patahan untuk menggambarkan pergeseran lempeng dan Wave Tank sebagai alat peraga kejadian tsunami di pesisir.
– Simulasi Mitigasi Gempa & Tsunami dengan Media Interaktif: Kegiatan ini menggabungkan pembuatan denah pop-up sebaga media kreatif untuk mengenali titik evakuasi aman di Ingkungan sekolah dengan simulasi mitgasi gempa menggunakan role-piay.
– Sosialisasi & Buku Pop-Up “Tsunami Ready”. Buku Pop-Up berisi pemahaman, tanda-tanda, potensi, dan langkah yang harus dilakukan untuk menghadapi tsunami.
– Tabietop Exercise: Latihan berbasis diskusi Gtadipeta menggunakan figuran untuk mensimulasikan skenario bencana.
“Kegiatan Sosialisasi & Simulasi Kebencanaan dengan Virtual Reality (VR) serta “Gladipeta Tabletop Exercise” dikhususkan kepada orang tua siswa kelas tiga SDN 03 Situregen, orangtua diharapkan untuk lebih bisa melihat bagaimana penggambaran kejadian bencana tsunami melalui metode Virtual Reality (VR) kemudian mensimulasikan jalur evakuasi pada Gladipeta Tabletop Excercise.
Terkhusus pada siswa kelas tiga SDN 03 Situregen, kegiatan merupakan Prototype “Wave Tank dan Patahan”, “Simulasi Mitigasi Gempa & Tsunami”, dan “Buku Pop-Up”. Dengan mempertimbangkan perkembangan usia dan kemampuan anak-anak, setiap komponen kegiatan imi dibuat lebih mteraktif dan melibatkan kemampuan sensorik serta motorik mereka.
Siswa tidak hanya mendengarkan atau melihat perjelasan, tetapi juga Secara aktif berpartisipasi dengan merasakan, menyentuh, dan berinteraksi langsung dengan media pembelajaran yang disediakan.
Perwakilan wali kelas 3, Sulastiah, menyatakan bahwa media pembelajaran yang disajikan sangat sesuai dengan sasaran yang dituju.
“Seluruh kegiatan dalam acara ini Sudah sangat tepat dan sesuai. Untuk orang tua, tersedia VR dan Tabletop yang menarik, sementara untuk anak-anak ada Wave Tank, Buku Pop-Up, serta menggambar denah yang membantu mereka memahami dengan lebih jelas. Semua aktivitas ini drancang secara interaktif dan nyata, bertujuan untuk membangkitkan semangat mibgasi bencana. Secara keseluruhan, semuanya sangat sesuai dan mendukung tujuan acara dengan sempuma,” jelasnya.
Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, acara Temanku, Si Tsunami sukses menjadi langkah awal dalam membangun budaya kesiapsiagaan bencana di kalangan anak anak sejak usia dini, sekaligus melibatkan orangtua mereka.
Hal senada juga disampaikan oleh Anis Faisal Reza, Direktur Gugus Mitigasi Lebak Selatan. Menurutnya Temanku, Si Tsunami sukses memadukan semangat edukasi mitigasi dengan pendekatan interaktif untuk memperkuat kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana. Dirinya berharap bahwa acara ini menjadi program berkelanjutan untuk angkatan selanjutnya agar edukasi mitigasi setara untuk setiap sekolah.
Melalui kegiatan yang edukatif dan interaktif, acara ini tidak hanya memberikan pemahaman kepada anak-anak tentang pentingnya persiapan menghadapi bencana, tetapi juga mendorong orangtua untuk turut serta dalam mendukung dan mengajarkan langkah langkah mitigasi bencana di rumah. (rls/bd)