Palapanews.com – Untuk kedua kalinya, University Incubator Consortium (UNIIC) Demo Day 2024 digelar kembali. Pembukaan event ini, berlangsung di Kampus UMN sebagai tuan rumah pada Selasa, 17 September 2024.
UNIIC Demo Day 2024 melibatkan beberapa perguruan tinggi di Indonesia diantaranya Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Universitas Indonesia (UI), Telkom University dan Universitas Trisakti.
Ada empat rangkaian acara di UNIIC Demo Day 2024 yang telah diagendakan; termasuk workshop, business development, startup pitching, dan expert mentoring.
UNIIC Demo Day 2024 ditujukan untuk menggabungkan inkubator bisnis di perguruan tinggi dari beberapa negara di Asia yakni; Vietnam, Filipina, India, Malaysia, Afrika Selatan, Uzbekistan dan Cambodia, serta melibatkan 15 startup lainnya.
UNIIC Demo Day ditujukan sebagai wadah untuk berbagi pengetahuan, kolaborasi, dan cultural exchange dari para peserta.
Acara pembukaan UNIIC Demo Day 2024 ditandai dengan kegiatan workshop bertemakan “Market Landscape of Indonesia”. Hadir selaku nara sumber Natali Ardianto, Co-Founder dan CEO dari Lifepack.
“Saya senang semua sudah sampai UMN dan turut hadir dalam acara ini. Kegiatan ini tidak hanya perlombaan, tapi juga sekaligus belajar mengenai bisnis,” ungkap Dr. Ir. Andrey Andoko, M.Sc., selaku Wakil Rektor Bidang.
Menurutnya, bisnis saat ini sangat penting untuk perkembangan negara dan dirinya sangat mengapresiasi para mahasiswa yang tergerak untuk menjadi wirausaha.
“Membuat bisnis memang tidak mudah, tapi nantinya mereka tidak perlu susah mencari kerja tapi bisa secara kreatif membuat bisnis dan membuat lapangan kerja baru,” tamnbah Dr. Ir. Andrey Andoko, M.Sc.
Andrey berharap kegiatan ini tidak semata-mata hanya untuk berlomba saja, tetapi juga menguatkan kerja sama antara kampus dan menambah networking.
“Kegiatan ini tidak hanya berfokus pada lombanya saja, tetapi juga rangkaian selama acara ini yang dapat memberikan wawasan lebih untuk para peserta,” tambahnya.
Melanjutkan rangkaian dari kegiatan, Natali memberikan pandangannya mengenai tren pasar yang ada di Indonesia, mulai dari perilaku konsumen, dan peluang pertumbuhan. Selain itu Natali menganggap penting strategi tim dalam bisnis agar bisa menyempurnakan setiap tahapnya.
“Indonesia ini salah satu negara yang populer di dunia ada 270 juta jiwa di Indonesia, area Jabodetabek saja sudah 31 juta lebih besar jumlahnya dari Australia. Menurut saya ini adalah peluang yang baik, sehingga market trading dan buying power bisa mengambil daerah Jabodetabek saja,” tandas Natali.
Melihat pengalaman Natali untuk menilai pertumbuhan ekonomi, Ia selalu menggunakan GDP perkapita, karena GDP perkapita Indonesia mencapai USD 4.777, sehingga untuk membuat startup Natali mencoba lima daerah di Indonesia dulu yakni Jakarta, Surabaya, Bandung, Makassar dan Medan.
“Selain itu untuk negara berkembang lebih cocok membuat bisnis yang ditujukan untuk menyelesaikan masalah yang ada, berbeda dengan negara maju yang lebih mencari keunikan dan yang belum pernah ada sebelumnya. Indonesia sangat sensitif dengan harga, jadi kita perlu tahu segmentasinya. Menggunakan kata ‘Murah’ di Indonesia sangat berpengaruh pada market,” beber Natali.
BACA JUGA : HireHub Karya Mahasiswa UMN dan Unsri Raih Pendanaan Rp 140 Juta dari Google & Dikti
Masih menurut Natali, trend market di Indonesia adalah Social Media Influence dan E-Commerce. Melihat E-Commerce yang sekarang bisa berjualan sambil melakukan live streaming dan konsumen dapat langsung membeli.
Faktor lainnya adalah influencer, jika memilih influencer tepat tentu akan berpengaruh dan lebih maju. Hal terakhir adalah penggunaan Bahasa Indonesia, masih banyak masyarakat Indonesia yang lebih memilih preferensi menggunakan Bahasa Indonesia.
“Sangat susah membuat marketing di Indonesia, tidak mudah mengimplementasikan marketing luar negeri ke Indonesia. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah melakukan riset pasar, riset ini perlu dilakukan dengan sesama pasar di Indonesia. Berkolaborasi dengan bisnis lokal yang ada di Indonesia, dan yang terakhir adalah localizations menyesuaikan dengan Indonesia baik dari cara pemasaran atau budaya,” ungkap Natali lebih jauh.
BACA JUGA : UMN Gandeng BCA Buka Pilar Pengembangan Bisnis Nasabah Solitaire dan Prioritas
Walaupun di Indonesia banyak peluang, tetapi Natali juga melihat banyaknya tantangan dan resiko. Regulasi di Indonesia sangat kompleks dan aturan-aturan terutama melihat teknologi yang saat ini sangat maju. Perbedaan budaya juga menjadi tantangan menurut Natali karena banyaknya provinsi dan budaya di Indonesia, sehingga kita perlu tahu dan mempelajari budaya dari target yang ingin dituju.
“Pertama kami berinisiasi membuat UNIIC awalnya hanya ada enam perguruan tinggi yang tergabung dan hanya dari negara-negara Asia, sekarang kita bisa berhasil mencapai ke Afrika dan Uzbekistan,” ungkap Prof. Dr. Vinesh Thiruchelvam, Chief Innovation and Enterprise dari Asia Pacific University Malaysia.
“Menurut saya UNIIC adalah platform entrepreneurship, kami ingin membawa komunitas entrepreneur dunia yang waktunya jangka panjang dan juga pandangan yang sama. Untuk itu UNIIC ditujukan agar para entrepreneur bergabung di platform yang sama,” tegasnya. (rls/bd)