Palapanews.com- Mungkin kita berpikir bahwa Pasca Putusan MK Nomor 60 Tahun 2024, kisah āhorrorā perpolitikan ini akan berakhir. Bahwa Upaya penjegalan calon kepala daerah/wakil kepala daerah yang potensial namun tidak dikehendaki oleh penguasa, itu akan berhenti, karena sudah tidak mungkinĀ lagi dilakukan mengingat, PDI Perjuangan, yang awalnya diskenariokan akan ditinggalkan sendirian dengan kondisi tidak bisa mengusung pasangan calon, dengan Keputusan MK itu, PDI Perjuangan bisa mengusung calon bahkan tanpa harus berkoalisi dengan partai manapun.
Tetapi, ternyata di Banten, upaya penjegalan itu masih tetap dilakukan. Airin Rachmi Diany, masih diupayakan dijegal dari pencalonannya sebagai Gubernur Banten, justru oleh Partai Golkar, yang notabene adalah partai tempatĀ Airin dan keluarga besarnya mengabdi dan berbakti selama ini. Ace Hasan Syadzily, Wakil Ketua Umum DPP Golkar di bawah kepemimpinan Bahlil Lahadalia, di media online Kompas.com tanggal 25 Agustus malam hari menyatakan bahwa Partai Golkar akan menarik dukungan terhadap Airin dari pencalonannya sebagai Gubernur Banten. Ace menegaskan, Partai Golkar akan mendukung KIM di Pilgub Banten. Dan pada Senin 26 Agustus 2024 dini hari, beredar video dimana Ketua Umum Golkar yang baru, Bahlil Lahadalia, menyerahkan Rekomendasi Partai Golkar kepada Pasangan Calon yang diusung oleh KIM Plus, Andrasoni-Dimyati.
Saya merasa ada yang salah dengan kebijakan DPP Golkar ini. Untuk apa membatalkan dukungan kepada Airin yang potensial dapat memenangkan Pilkada, dan mengalihkan dukungan ke pasangan yang didukung oleh KIM Plus, yaitu Andrasoni-Dimyati, yang secara elektabilitas jauh di bawah Airin. Ada Kader sejati yang telah banyak membantu Golkar, berkontribusi besar dalam mengangkat suara Golkar,Ā tidak didukung. Ko malah mendukung kader partai lain, yang dari sisi manapun dipandang banyak pihak, sulit untuk memenangkan kontestasi. Ada apa dengan DPP Golkar ???.
Bukankah Golkar sudah cukup koperatif dengan menyerahkan Jawa Barat untuk Partai Gerindra,Ā dan menukarnya dengan DKI Jakarta, yang resiko kalahnya besar ? Tidakkah DPP Golkar dapat berhitung, jika Banten pun diserahkan ke Gerindra, dan Ridwan Kamil di Jakarta kalah dari Anies Baswedan, bukankah Golkar akhirnya menelan kerugian yang sangat besar : Tidak ada satu pun kader sejatinya yang bisa jadi kepala daerah di Pulau Jawa.
Jika tujuannya membuat Airin tidak bisa maju dalam Pilkada agarĀ pasangan Andrasoni-Dimyati bisa memenangkan Pilada, itu pun sudah sulit untuk dilakukan mengingat ada PDI Perjuangan yang siap membawa Airin dan kader Golkar di kabupaten / kota untuk berlayar.. Atau mungkin DPP Golkar beranggapan, Airin dan para kader Golkar yang potensial maju di Pilkada BantenĀ akan manut terhadap keputusan DPP karena mereka itu kader yang setia terhadap Golkar ?. Ketika diminta memenangkan Prabowo-Gibran, Airin dan seluruh Kader Golkar berjibaku mengangkat suara Prabowo yang tadinya lemah di Provinsi Banten berubah menjadi pemenang. Ketika dintruksikan untuk meningkatkan kursi di parlemen, Airin dan seluruh kadernya pun bekerja mati-matian dan berhasil menambah kursi Golkar di legislatif. Bahkan ketika ada perintah untuk segera memberi Surat Dukungan kepada Bahlil sebagai Ketua Umum, dengan Sigap Bu Tatu selaku Ketua DPD I Golkar mengkoordinasikan dengan Pengurus DPD II dan dalam waktu singkat mengantarkannya dukungan bulat Golkar se-Banten untuk Bahlil. Jika kesetiaan dan loyalitas itu kemudian diterjemahkan oleh Bahlil dkk di DPP Golkar sebagai watak tidak akan melawan, maka itu kesalahan besar.
Para kader Golkar di Banten ini tidak bisa diperlakukan sepertiĀ para budak di era purba, yang kesetiaanya disamakan dengan penghambaan. Jika Bahlil masih menganggap bahwa di era modern ini masih ada Raja JawaĀ tempatnya menghamba., maka tidak di tanah para jawara ini. Kesetiaan dan loyalitas adalah kewajiban, dan diperlakukan secara adil adalah hak. Setelah berjuang memenangkan Prabowo-Gibran, setelah berhasil mengangkat suara Golkar, setelah ikut berjuang mengantarkannya menjadi Ketum Golkar, seharusnya para Kader Golkar di Banten ini diberi penghargaan dalam bentuk dukungan untuk maju dalam kontestasi pilkada, bukan malah dijegal supaya tidak bisa nyalon.
Maka, ketika di hari Minggu kemarin, berlokasi di Ice BSD, PDI Perjuangan menyelenggarakanĀ acara deklarasi dan penyerahan SK Persetujuan Pasangan Calon kepada Airin dan Ade Sumardi sebagai Bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur, dan kepadaĀ Calon Bupati/Wakil Bupati dan Calon Walikota/Wakil Walikota se-Banten, yang sebagian besarnya adalah kader Golkar, saya senang. Dari percakapan dengan banyak kader Golkar yang hadir, saya bisa memastikan bahwa Airin dan seluruh kaderĀ Golkar yang maju Pilkada di Banten, siap untuk tetap maju di kontestasi Pilkada banten, dengan atau tanpa dukungan dari Partai Golkar.
Sekarang DPP Golkar tinggal berhitung. Kalkulasinya sudah bisa digambarkan banyak orang : Jika mendukung KBM, dan bertindak arogan terhadap Kader yang tetap maju Pilkada dengan partai lain, maka Golkar akan kehilangan kader potensialnya dan menelan kekalahan yang memalukan, yang kemudian itu akan menjadi catatan sejarah tentang Buruknya Golkar di bawah kepemimpinan Bahlil. Apakah memang ini tujuan Bahlil dijadikan Ketum Golkar : membuat Golkar yang gagah perkasa, berubah menjadi partai yang tidak punya harga diriĀ ???.
Dan bagi Gerindra, saya pikir untuk merebut kekuasaan di Banten sudah sulit dicarikan jalannya. Selama Airin bisa berlayar, jangan harap Gerindra bisa berkibar. Kalau sekedar meruntuhkan kekuasaan Golkar di Banten mungkin bisa, itu pun kalau DPP GolkarĀ mengambli langkah mendukung KBM di seluruh wilayah Banten. Tetapi untuk meruntuhkan trah Keluarga Rawu di Banten, rasanya sulit. Karena, Orator pada acara Deklarasi PDI Perjuangan, Ahmad Basarah, menyatakan bahwa, kalau Ibu Airin dan keluarga Ibu Tatu mau, Pintu PDI Perjuangan terbuka lebar. Artinya, jika pun DPP Golkar mendukung KBM dan menghukum Airin dan Bu Tatu serta kader potensial Golkar yang nyalon pada Pilkada dengan mengeluarkan mereka semua dari Partai Golkar, PDI Perjuangan akan siap menjadi tempat mereka berlabuh. Karenanya, sesungguhnya Gerindra hanya berperan memindahkan saja, dari Golkar ke PDI Perjuangan. Selanjutnya, Trah Keluarga Rawu tetap berjaya di Banten. Hanya berubah warna saja : dari Kuning menjadi Merah. Dan selanjutnya, yang berkibar di seantero Banten adalah PDI Perjuangan.
Bravo PDI Perjuangan !!!
Wawan Kuswanto,
Pengamat Dinamika Politik Banten