Tekan Angka Stunting, Dinas Kesehatan Tangsel Gencarkan Pembentukan Pos Gizi

Palapanews.com- Saat ini Indonesia mengalami masalah gizi yang cukup kompleks, dimana RPJMN Tahun 2020-2024 adalah percepatan perbaikan gizi masyarakat dengan penurunan prevalensi stunting dan prevalensi wasting. Kekurangan gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan berdampak serius terhadap kualitas SDM di masa depan.

Terjadinya kurang gizi menyebabkan kegagalan pertumbuhan, berat badan lahir rendah, pendek, sangat pendek, kurus, serta daya tahan tubuh yang rendah dan berdampak pada peningkatan risiko gangguan metabolik yang berujung pada kejadian penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan lainnya pada usia dewasa.

Konvergensi berbagai program yang terkait dengan penurunan stunting dan wasting pun menjadi kata kunci untuk memastikan program-program intervensi dapat dilaksanakan dan dimanfaatkan secara optimal sehingga berkontribusi pada penurunan prevalensi stunting dan wasting.

Oleh karena itu, pembentukan Pos Gizi menjadi inovasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan (Tangsel) dalam upaya pemerintah untuk menurunkan prevalensi stunting dan wasting.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangsel Allin Hendalin Mahdaniar, Pos Gizi merupakan program inovasi berbasis pemberdayaan masyarakat dalam merehabilitasi, menurunkan, dan mencegah kekurangan gizi.

“Penyelenggaraan Pos Gizi bertujuan meningkatkan atau memperbaiki status gizi balita peserta pos gizi, mempertahankan status gizi balita, mencegah terjadinya kejadian kurang gizi atau gizi buruk di masa yang akan datang, adanya perubahan perilaku hidup bersih dan sehat dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengatasi balita kurang gizi,” ujarnya kepada palapanews.com.

Kepala Dinkes Kota Tangsel Allin Hendalin saat peresmian Pos Gizi Pita Sehati. Foto: Nad

Diketahui kegiatan yang telah dilakukan sejumlah 30 lebih Pos Gizi antara lain, Penimbangan BB, pengukuran TB, Pemeriksaan kesehatan, Praktek kebersihan diri, penyuluhan kesehatan, permainan edukasi dan pemberian makanan tambahan (makan bersama).

Keberhasilan penyelenggraan pos gizi tentinya membutuhkan komitmen berbagai pihak baik pemerintah, tokoh masyarakat, kader kesehatan dan orang tua balita peserta Pos Gizi.

“Untuk angka stunting menurut survei SSGBI sekarang ada di angka 19,9 persen (data terbaru tahun 2020), dari 22 ribu balita yang di-sample-nya. Awalnya 16 persen (data 2019). Oleh karena itu diperlukan percepatan penurunan stunting dengan membentuk tim percepatan penurunan stunting tingkat kota, kecamatan dan kelurahan di Kota Tangsel,” ungkapnya.

Sedangkan faktor yang menyebabkan masih banyaknya kasus stunting di wilayahnya lantaran dua hal. Yakni meliputi kurangnya asupan gizi terutama protein dan pola asuh yang kurang tepat.

“Faktor penyebab 80 persen karena mereka kurang asupan ya. Tapi 20 persen soal pola asuh, jadi pola asuh dalam artian kita sering dengar ASI ekslusif ini yang mesti digencarkan. Jadi mungkin ada pola makan salah dari awal, pola asuhnya juga banyak yang diasuh bukan oleh ibu, jadi terjadi ketidakseimbangan antara tinggi badan dan umur,” jelasnya.

Untuk dapat menekan angka stunting yang nyaris menembus angka ambang batas 20 persen, Allin memastikan pihaknya terus menggencarkan pos gizi di berbagai titik di wilayah Tangsel. Pos gizi tersebut berfungsi sebagai wadah edukasi terkait asupan dan pola asuh bagi orang tua bersama dengan anak-anaknya yang kurang gizi atau stunting.

“Kita bantu dengan mengadakan pos gizi di Tangsel, di pos gizi itu anak-anak yang masuk gizi buruk supaya tidak stunting atau sudah stunting bersama orang tua, di sana orang tua diajarkan memasak memilih makanan yang baik, cara memberikan ke anaknya seperti apa, ada arena merangsang motorik jadi bisa mengalami tumbuh kembang,” tandasnya. (adv)

Komentar Anda

comments