Palapanews.com- Selama bulan ramadan, terdapat perubahan pola makan dan kualitas makanan yang dikonsumsi oleh individu. Hal ini bisa disebabkan oleh konsumsi makanan dalam porsi lumayan besar dalam dua waktu, yaitu sahur dan berbuka. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dalam tubuh, dan bisa memberikan efek terhadap kesehatan seseorang.
Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Puasa Ramadan dapat menyebabkan perubahan drastis gaya hidup selama 1 bulan dan dapat mempengaruhi faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah seperti penyakit jantung koroner dan stroke.
Fakor risiko yang paling banyak dihubungkan dengan kejadian penyakit jantung koroner dan stroke adalah kadar lemak dalam darah, faktor koagulasi dan pembekuan darah, tekanan darah tinggi, dan kebiasaan merokok. Kadar lemak darah dipengaruhi oleh perubahan pola makan dan jenis makanan, konsumsi gula olahan, dan aktivitas fisik. Penelitian menunjukkan bahwa puasa di bulan Ramadan dapat mempengaruhi berbagai faktor risiko di atas.
Kadar lemak darah
Lemak merupakan salah satu faktor utama penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah. Lemak dapat menyusup ke dalam lapisan pembuluh darah yang rusak dan menyebabkan aterosklerosis, yaitu penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah. Penelitian yang dilakukan oleh Mohsen Nematy (2012) menyimpulkan bahwa terdapat perubahan dari profil lemak dan perbandingan lemak baik dan lemak jahat selama puasa di bulan ramadan, Kadar kolesterol darah menurun dari 193,4Ā±51 mg/dl menjadi 184,3Ā±42 mg/dl setelah Ramadan, begitu pula dengan kadar trigliserida yang menurun dari 4.5Ā±1 mg/dl menjadi 3,9Ā±1 mg/dl dan lemak jahat, yaitu LDL. Selain, itu didapatkan pula peningkatan dari lemak baik yaitu HDL setelah puasa Ramadan.
Tekanan darah tinggi
Pada orang dengan tekanan darah tinggi, jantung harus bekerja lebih keras dalam memompa darah dibanding dengan orang normal. Hal ini bisa menyebabkan jantung kelelahan, dan dapat terjadi pembesaran dan penebalan otot jantung, hingga gagal jantung. Tekanan darah tinggi juga dapat menyebabkan pembuluh darah otak pecah sehingga terjadi stroke hemoragik. Selama bulan Ramadan, terdapat penurunan tekanan darah pada orang yang berpuasa, yaitu penurunan tekanan darah sistolik dari 132.9Ā±16 mmHg menjadi 129.9Ā±17 mmHg, sedangkan pada tekanan darah diastolik, tidak terdapat penurunan berarti.
Insulin dan homosistein
Penelitian yang dilakukan oleh Shariatpanah menunjukkan bahwa perubahan pola makan menjadi dua kali sehari selama bulan Ramadan dapat memperbaiki kondisi resistensi insulin pada penderita diabetes. Homosistein merupakan salah satu asam amino yang terdapat dalam tubuh, dan peningkatan homosistein darah merupakan salah satu faktor risiko seseorang terkena penyakit jantung dan pembuluh darah. Walaupun tidak signifikan, namun terdapat penurunan kadar homosistein darah saat seseorang berpuasa.
Parameter antropometri
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko bagi banyak penyakit metabolik. Penurunan berat badan dan indeks massa tubuh bisa ditemukan dan bisa tidak ditemukan pada orang yang berpuasa, hal ini bisa disebabkan oleh asupan kalori yang tidak menurun secara signifikan selama puasa.
Puasa yang aman bagi penderita penyakit jantung
Puasa ramadan aman untuk dilakukan bagi orang dengan penyakit jantung, asalkan penyakit yang dideritanya terkontrol dan tidak dalam kondisi akut. Makan secukupnya saja dan tidak melakukan ābalas dendamā saat berbuka akan membantu meringankan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Angka kunjungan rumah sakit yang diakibatkan oleh penyakit jantung cenderung tetap dan tidak bertambah selama bulan puasa, namun berbagai penelitian menunjukkan bahwa puasa Ramadan dapat menurunkan risiko serangan penyakit jantung selama 10 tahun seterusnya. Dapat disimpulkan bahwa puasa memberikan efek positif terhadap kesehatan jantung. (red)
Sumber: Hellosehat