Sempat Digulung Ombak, Begini Cerita Korban Selamat Tsunami Asal Tangsel

Palapanews.com- Kondisi beberapa korban selamat bencana alam tsunami Selat Sunda asal Tangerang Selatan (Tangsel) yang menyapu kawasan pantai Pandeglang, Banten dan Lampung, Sabtu (22/12/2018) lalu mulai berangsur membaik.

Kepada Palapanews, Yusri pasien kamar 426 Rumah Sakit Medika BSD yang juga salah satu guru Global Islamic School (GIS) Buaran, Serpong, Tangsel mengisahkan kejadian saat tragedi tersebut berlangsung. Mulai dari tergulung ombak, mendengar suara alarm mobil hingga tangisan anak kecil.

“Ombak awalnya naik di halaman Mutiara Carita Cottage, saat itu kita sedang di tengah ruangan. Kemudian, saya dengar patahan-patahan kayu dan kegulung ombak. Saat tersadar, terdengar alarm mobil, tangisan anak dan ada yang teriak minta senter,” ceritanya.

Pria yang mengalami inveksi luka dan membutuhkan penanganan khusus ini, mengungkapkan enggan jika kejadian tersebut disuruh terulang lagi.

“Alhamdulillah masih dikasih selamat dan saya gak mau lagi jika disuruh mengulang,” paparnya.

Sedangkan guru GIS lainnya, Irwan saat gemuruh petir terjadi, ia sedang salat dan keluar saat ombak pertama masuk ke halaman. Kemudian, saat ombak kedua sudah kelihatan tinggi dari jauh, ia lari ke belakang.

“Saya lihat ombak tinggi putih, saya lari nengok ke belakang villa sudah ambruk. Saya kesetrum di dalam air, kebentur sadar di pelek bus setengah berdiri. Saya menyempatkan diri tangan kiri sudah robek. Ada ibu hamil meninggal di depan mata dan saya terbantu mobil Fortuner yang tersangkut,” bebernya.

“Waktu di dalam air ya Allah lama banget dan sengaja saat di dalam air saya merem dan tahan nafas. Saya dengar suara dan Alhamdulillah ya Allah saya sadar. Ada warga yang pakai baju dan sarung dicopot dan diberikan ke saya dan lama di masjid dikumpulkan banyak yang luka,” pungkas Irwan.

Sementara Wakil Kepala SD GIS Tangsel, Romansyah yang juga selamat langsung menghubungi pihak sekolah untuk berkoordinasi.

“Saat air naik pada ombak pertama, beberapa temen ngecek air surut atau tidak. Dan ternyata surut. Nah yang tidak mengecek langsung naik ke lantai 2, naik ke pohon kelapa dan ke bukit. Larinya kami juga setengah hati. Baru sampai pintu, sudah kegulung ombak. Walaupun tergulung, saya termasuk tidak terlalu parah dan terombang ambing di reruntuhan bangunan,” ucapnya. (nad)

Komentar Anda

comments