Palapanews.com- Abdul Hamid (53), ayah almarhum Afrian Safitri (26), korban meninggal tsunami Selat Sunda sempat merasakan firasat, sebelum putrinya menjadi salah satu korban bencana alam yang menyapu Banten, Sabtu (22/12/2018) malam. Sementara suami, Chattra Mahottama luka-luka.
Ia dan istri yang menerima kabar tersebut dari Batam, Kepulauan Riau langsung berbegegas menuju rumah sang anak yang berlokasi di Bukit Nusa Indah, Jalan Jati Kav. 1114, Rt 05 Rw 016, Serua, Ciputat, Tangerang Selatan.
Fitri berniat mengisi waktu libur panjang mengunjungi Villa keluarga yang terletak di sekitar Pantai Carita, Kabupaten Pandeglang, Banten dan firasat ayahnya dirasakan mulai dari malasnya sarapan, tidak bisa tidur cepat, pikiran tidak menentu dan tidak ada tujuan.
“Rasanya gak karuan. Terakhir, Jumat lalu pas saya bawa motor, seperti ada yang manggil saya dari belakang. Ayaaaaaah…. itu suara dia. Saya berhenti nengok tapi tidak ada siapa-siapa,” ujarnya, Minggu (23/12/2018).
Safitri awalnya enggan berangkat menuju Pantai Carita karena lelah usai menerima 90 potong ayam cathering. “Buktinya, belum pada dicuci,” katanya.
“Sedangkan, waktu di video call sama ponakannya, dia bilang kangen mau ke sana mau gendong. Tapi diliat juga wajahnya lain, mukanya beda seperti kemerahan tapi bersih kaya bersinar gitu,” imbuhnya.
Safitri yang merupakan anak kedua dari empat bersaudara ini pun dikenal anak yang mudah bergaul dan tidak pernah membantah orang tua.
“Anaknya sangat baik, enggak neko-neko dan enggak pernah bantah sama orang tua. Teman-temannya banyak yang suka, karena memang dia muda bergaul,” terangnya.
Kemudian ia pun menginginkan agar anaknya dikebumikan di Batam.
“Hanya sekedar harapan, biarkan suaminya sebagai imam yang mengambil keputusan. Tidak ada kewajiban lagi bagi saya untuk menahan atau mengatur, karena saya tidak mempunyai hak lagi saya ikhlas, saya ridho,” bebernya. (nad)