Mengembalikan Citra dan Marwah HMI

Deni Iskandar. (ist)
Deni Iskandar. (ist)

SEBAGAI organisasi mahasiswa tertua di Indonesia, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), lahir bukan dalam keadaan kosong dari konteks, akan tetapi, terdapat konteks, kenapa HMI itu didirikan. Organisasi yang didirikan oleh Lafran Fane dan Koleganya, 5 Februari 1947 ini, memiliki perjalanan sejarah yang panjang di Indonesia. Bahkan boleh disebut, Membaca Perjalanan HMI, lekat sekali dengan membaca sejarah perjuangan bangsa Indonesia, Pasca Kemerdekaan.

Dalam setiap momentum kebangsaan, HMI selalu hadir dan ikut serta memprakarsai Jalannya roda kepemimpinan di negara ini. Sebagaimana kita ketahui, pada 1947-1949 HMI ikut andil dalam melawan penjajahan belanda (Agresi Militer II). Pada tahun 1964-66 HMI juga ikut serta melawan PKI, yang nantinya berujung pada peralihan kekuasaan, dari Orde Lama Ke Orde Baru. Pada tahun 1969-1970 HMI juga hadir menjadi motor penggerak, “Pembaharuan Pemikiran Islam” yang dipelopori oleh Nurcholis Madjid atau Caknur.

Pada tahun 1998, HMI juga berperan aktif dalam menyuarakan serta mengawal demokrasi, dengan Tumbangnya Orde Baru. Perjalanan reformasi tidak bisa dilepaskan dari peran aktif HMI sebagai organisasi yang tetap menjaga Independensi, serta selalu tetap Kritis. Peran penting yang dimainkan oleh Kader HMI dari masa kemasa, rupanya menjadi bukti kongkret bahwa HMI begitu dekat dengan rakyat. Sehingga tidak salah juga, jika HMI disebut sebagai organisasi perjuangan. Hal ini disebabkan karena Posisi HMI sebagai organisasi yang bersifat Independen. Sebagai oganisasi yang berasaskan Islam,  peran HMI di Indonesia amatlah penting.

Komitmen HMI dalam mempertahankan nilai-nilai Keislaman, Keindonesiaan dan Kemodernan, dalam hal ini menjadi persoalan yang paling penting, yang harus diejawantahkan oleh semua kader HMI Se-nusantara. Hal ini kiranya selaras dengan tujuan HMI,  yang termaktub dalam AD/ART HMI Pasal 4. Yakni, Tujuan HMI itu sendiri. Ketiga nilai inilah yang kemudian, selalu ditransformasikan oleh kader HMI di Indonesia, baik sejak mengikuti, Traning maupun ketika sudah menjadi Alumni. (Baca: Konstitusi HMI).

Dalam momentum Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ini, seharusnya HMI bisa melakukan konsolidasi awal, serta memberikan solusi yang nyata bagi rakyat. Namun dewasa ini, Eksistensi HMI di Indonesia, tidaklah berbanding lurus dengan yang senyatanya. Terjadi kesenjangan yang jauh antara yang semestinya dan senyatanya. Disadari atau tidak Marwah HMI sebagai organisasi perjuangan saat ini, tidaklah terlihat.

Hal ini disebabkan karena, Pertama, HMI terlalu sibuk dengan persoalan Internalnya. Kedua, HMI selalu absen dalam setiap momentum. Ketiga, HMI saat ini, hanya sibuk pada perebutan kekuasaan di Internal, hal ini kiranya terjadi ditingkat, Pengurus Besar (PB), Badan Koordinasi (Badko), Cabang Sampai Komisariat. akibatnya, terjadi kejumudan dalam tubuh HMI.

Padahal, tujuan kita sebagai kader HMI bukanlah, merebutkan kekuasaan di Internal. Akan tetapi mewujudkan tujuan HMI, dengan cara mengejawantahkan, lima kualitas Insan cita, Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi, Bernafaskan Islam, dan Bertanggung Jawab. Poin inilah seharusnya yang kita perjuangkan dimana pun posisi kita (Kader) mengabdi. Disaat kondisi bangsa ini rapuh, HMI tidak mampuh bangkit, hal inilah yang menjadikan HMI sebagai organisasi Perjuangan, kehilangan marwahnya sebagai Organisasi perjuangan.

Disamping itu, Citra HMI, saat ini sudah mulai bergeser dimata masyarakat. Bagaimana tidak, selama ini, banyak pejabat yang dahulunya, besar di HMI yang saat ini berkiprah di pemerintahan, tersandung kasus korupsi. Ini merupakan tantangan kita bersama sebagai kader HMI, untuk menjawab tantangan zaman. karena bagaimana pun, tantangan kader HMI dimasa lalu, berbeda dengan tantangan HMI saat ini dan dimasa depan. Namun meskipun begitu, semangat yang dibangun tetap saja lima kualitas Insan Cita.

Kondisi bangsa saat ini, telah memasuki era pasar bebas. Ini artinya, secara tegas, bangsa Indonesia, harus siap dan harus mampuh bersaing dengan bangsa lain. Bagaimana pun pertarungan yang terjadi saat ini, bukanlah pertarungan fisik yang terjadi pada 1947, akan tetapi, pertarung saat ini yakni, pertarungan asimetris.

Diera pasar bebas ini, seharusnya kader HMI bisa memberikan solusi nyata bagi bangsa Indonesia. Karena bagaimana pun  tantangan yang dihadapi oleh kader HMI saat ini, selain mengawal Jalannya roda pemerintahan di Indonesia, juga mampuh nengurai persoalan-persoalan kebangsaan yang saat ini mengalami degradasi dan dekadensi.

HMI dimasa kini dan dimasa depan harus dekat dengan Rakyat, dan bisa memecahkan solusi umat dan bangsa. Sebagai penopang dasar moderisasi Kader HMI harus bisa berada digarda terdepan dalam mengawal persoalan kebangsaan di Negeri Ini. Dalam momentum hari Kebangkitan Nasional ini, HMI sudah seharusnya, bisa bangkit kembali, merajut masa kejayaannya. Yakin Usaha Sampai! (*)

Penulis: Deni Iskandar Adalah, Kader Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Ushuluddin dan Filsafat Cabang Ciputat

Komentar Anda

comments