Palapa News – Anak Baru Gede (ABG) rawan direkrut menjadi anggota teroris. Ini disebabkan fase remaja sedang mencari jati diri yang ditandai dengan keinginan atau hasrat kuat mengenal dan mempertegas pandangan hidup.
Demikian disampaikan Dosen Fisip UIN Syarif Hidayatullah M Zaki Mubarak, di Serpong, Rabu (20/3/2013). Menurutnya, kelabilan emosional ABG ini mudah disusupi dalam bingkai keagaman yang menimbulkan penanaman ideologi radikal terhadap pelajar.
“Faktor selanjutnya, kontrol yang lemah terkait aktivitas anak didik di luar sekolah maupun keluarga. Terutama menyangkut apa dan bagaimana proses pembelajaran keagamaan mereka. Selain itu materi atau bahan pengajaran yang tidak mendukung pemahaman agama secara mendalam berakibat mudahnya kaum remaja disusupi radikalisme,” katanya.
Salah satu dampak destruktif dari bahaya keterlibatan para pelajar dalam kelompok ekstrem adalah hilangnya generasi. Pelajar yang semestinya menjadi tumpuan dan harapan bagi membangun bangsa dan negara dengan intelektualitas dan kecerdasan yang dimilikinya, justru terpeleset menjadi sosok yang menghancurkan diri dan masyarakat.
“Kaum terpelajar yang terseret tindak teroris karena pemahaman yang keliru dalam beragama. Ia juga gagal mengembangkan diri dalam kehidupan sosial kemasyarakatan,” ujarnya.
Bagaimana menangkalnya? Menurutnya, langkah yang harus dilakukan adalah dengan mempelajari agama secara mendalam dan aktif dalam kegiatan keagamaan. Selain itu, dengan memastikan bahwa anak didik mendapat pemahaman yang benar dalam segi-segi pengajaran keberagaman.
“Lalu membangun komunikasi secara terbuka dan bersifat persuasif untuk mengetahui perkembangan keberagaman murid,” ungkapnya.(fit)