Peleburan Hari 2, OMB UMN 2021 Gelar Seminar Hadirkan Pakar

Palapanews.com – Peleburan Hari 2 OMB UMN 2021 kembali mengasah karakter mahasiswa melalui kegiatan seminar yang dibawakan oleh para ahli pada Jumat (13/8/2021).

Melalui seminar tersebut, OMB mendorong mahasiswa baru untuk dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman: antiintoleransi; antiradikalisme; antiperundungan; dan antikekerasan seksual demi lingkungan kampus yang aman bagi seluruh mahasiswa.

“Dalam sistem hukum pun harus diperhatikan. Sudah seharusnya hukum melindungi setiap orang tanpa terkecuali, bukan hanya kelompok atau gender tertentu. Jika UU kita dibentuk oleh mereka yang memiliki pemikiran yang tidak memperlakukan wanita dan laki-laki sebagai warga yang setara, maka mereka akan menghasilkan UU yang bias gender,” tegas Sri Nurherwati, Komisioner Komnas Perempuan 2010-2019 dan Ketua Yayasan Sukma.

Menurut Sri, kenyataannya, sistem masyarakat Indonesia masih sangat patriarki. Alhasil, ​​bukan perbuatan pelakunya yang ditelusuri, tetapi seringkali korbannya yang disudutkan. Ketika perempuan mengalami kekerasan seksual, mereka dipaksa untuk berdamai dengan pelaku. Seharusnya, masyarakat dan sistem hukum memberikan dukungan kepada korban dengan menindaklanjuti dan melindungi mereka, bukan malah memihak pada pelaku.

Upaya yang paling penting, lanjutnya, dalam penanganan kasus perundungan dan kekerasan seksual adalah memberikan dukungan kepada korban—menguatkan dan tidak menyalahkan. Lembaga pendidikan harus menyediakan wadah khusus untuk pengaduan bagi penyintas agar dapat menindaklanjuti para pelaku demi terwujudnya lingkungan kampus yang bebas akan kekerasan seksual dan perundungan.

Baca juga: Peleburan Hari 1 OMB UMN 2021, Peserta Diajak Inovatif di Tengah Pandemi

Selain itu, ada pula seminar antiintoleransi dan radikalisme yang dibawakan oleh Ayu Kartika Dewi, Pendiri Sabang Merauke dan Staf Khusus Presiden. Menurut Ayu, terdapat 3 kelas dari intoleransi, yaitu eksklusif, radikal, dan teroris. Ia mengajak mahasiswa untuk meningkatkan kesadaran dan saling melindungi agar tidak mengikuti arus intoleransi dan radikalisme.

“Bergerak ke level 4 (level toleransi), garis batasnya yaitu kemanusiaan kalau sudah melewati batas kita harus bisa saling melindungi satu dengan yang lain contohnya vaksin, pemilihan ingin vaksin atau tidak merupakan pilihan kemanusiaan,” tandas Ayu, Pendiri Sabang Merauke dan Staf Khusus Presiden.

Pada pemaparannya, Ayu juga menyinggung mengenai The Paradox of Tolerance, teori yang diciptakan untuk merangkul semua golongan. Dalam kesempatan yang sama, Ayu juga menjelaskan hubungan antara antiintoleransi dan radikalisme dengan pandemi Covid-19.

“Pastinya ada hubungan antara pandemi dan antiintorelansi, semakin kita terisolasi dan hanya bisa berkomunikasi dengan telepon genggam. Semakin sering melihat sosial media, kemungkinan teradikalisasi semakin besar,” tegas Ayu lagi.

Meskipun dihelat secara daring, OMB UMN 2021 juga memperkenalkan fasilitas dan peraturan kampus dengan fitur UMN 360. Pada Peleburan Hari 2, dilaksanakan Kuliah Cetta yang memberikan pengetahuan mengenai Bergerak Adaptif dan Bertindak Inovatif serta perbedaan siswa dan mahasiswa.

Tak hanya mengenal tentang kampus, mahasiswa baru diberikan informasi mengenai makanan di sekitar kampus melalui konten divisi Samakta (Konsumsi) tentang food mapping. Ada pula divisi Agnimaya (Medis) yang memberikan konten pertolongan pertama kepada mahasiswa baru.

Peleburan Hari 2 diakhiri oleh janji mahasiswa yang dipimpin oleh Ketua OMB UMN 2021, Grace Natasha Krisnadi. Kemudian, acara dilanjutkan dengan persembahan inaugurasi dari pihak panitia. OMB UMN 2021 diharapkan dapat menyiapkan mahasiswa baru agar dapat bergerak adaptif dan inovatif di dunia perkuliahan. (rls/bd)

Komentar Anda

comments