Palapanews.com- Suasana belajar di ruang kelas yang tenang langsung berubah ketika gempa mengguncang, ratusan siswa SMP Al Azhar BSD berlarian panik keluar kelas dengan melindungi kepalanya dengan tangan, buku maupun tas. Bahkan, dua siswa SMP Al Azhar BSD harus terluka dibagian kepala dan tangannya.
Hal ini merupakan Mitigasi dan Penanganan Darurat Bencana Gempa’ yang dilakukan SMP Al Azhar BSD dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tangsel sebagai bentuk antisipasinya darurat bencana, Selasa (15/10/2019).
Petugas Tanggap Kedaruratan Bidang Kedaruratan dan Logistik pada BPBD Tangsel Asep S, mengatakan bahwa Indonesia sudah dalam fase darurat komuniti tanggap bencana.
“Indonesia sudah darurat, tanggap bencana diabaikan karena secara pelajar sebagai salah satu komunitas enggak siap. Kalau anak-anak sudah diedukasi cara menyikapi bencana akan bisa mengurangi resiko terluka dan dirumah mereka juga akan menularkan ke keluarga. Karena potensi gempa bumi di Indonesia bukan main main,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan, langkah pertama yang harus dihadapi ketika terjadi gempa, yakni bagaimana bersikap ketika terjadi gempa.
“Contoh aset utama lindungi kepala. Kemudian masuk kolong meja karena sisi keamanan meja cukup menjamin. Terakhir hindari kaca atau jendela dan lari kelapangan terbuka,” papar Asep.
Pihaknya juga mengapresiasi yang telah dilakukan SMP Islam Al Azhar BSD dan juga BKOMS dan berharap semua sekolah seperti ini. Karena kita tidak bisa memprediksi kapan terjadinya gempa,” lanjutnya.
Sementara itu, Kepala SMP Islam Al Azhar BSD Moch Mukrim menjelaskan betapa pentingnya pembelajaran ketika menyikapi bencana gempa.
“Penting mengadakan ini dalam rangka untuk memberikan edukasi kepada anak-anak terkait dengan bencana mengurangi dampak dan resiko. Program ini mudah-mudahan akan berkelanjutan dan ini sangat penting, untuk tanggap terhadap bencana,” tutur Mukrim.
Sedangkan penggagas acara Sie Pendidikan pada BKOMS SMP Islam Al Azhar BSD, Endang P. Sembering, ingin memberikan pelajaran dan edukasi kepada seluruh siswa.
“Karena sering tejadi gempa, terakhir di Ambon, kita ingin memberikan pelajaran kepada anak-anak, agar anak itu tahu bertindak apa dan berbuat apa agar tidak panik dan paham ketika terjadi gempa,” tutupnya. (nad)