Palapanews.com- Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, Bahlil LahadaliaĀ menyampaikan e-commerce merupakan salah satu trend bisnis yang tengah berkembang di Indonesia. E-commerce bahkan sudah menembus sendi-sendi infrastruktur fisik. Meski demikian, Bahlil melihat masih ada beberapa kendala dalam menjalankan bisnis digital ini. Salah satunya adalah masalah pembiayaan atau pinjaman dari perbankan.
“E-commerce merupakan salah satu trend bisnis yang mampu menembus sendi-sendi infrastruktur yang fisik. Bahkan perlahan bisa menggeser swalayan, atau toko-toko offline. Namun, dalam pelaksanaannya masih terdapat masalah yang dirasakan oleh pelaku bisnis e-commerce. Yaitu masalah pembiayaan atau permodalan dari perbankan,” ujar Bahlil saat membuka Forum Dialog HIPMI bertajuk Roadmap e-comerceĀ Peluang dan Tantangan yang diselenggarakan di Menara Bidakara 2 Jakarta, Rabu, (10/11/2016) lalu.
Sebagai organisasi kewirausahaan tertua di Indonesia, Bahlil menegaskan bahwa HIPMI konsisten untuk mendorong kebijakan-kebijakan pemerintah dalam mengembangkan bisnis pengusaha pemula.
“HIPMI sebagai satu-satunya organisasi kewirausahaaan tertua di Indonesia berjuang mendorong kebijakan-kebijakan pemerintah untuk mengembangkan bisnis pengusaha pemula di dalam negeri,” ujar Bahlil
Merespons pernyataan Bahlil, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara mengatakan saat ini pemerintah tengah mengkaji road map e-commerce atau peta jalan e-commere untuk mengatasi problematika pengusaha startup dan digital saat ini.
Rudiantara menyebutkan pokok masalah yang menghambat perkembangan e-commerce di Indonesia antara lain, pendidikan dan Sumber Daya Manusia, pendanaan, perpajakan, cyber security, infrastruktur, logistik, dan pedoman strategis.
“Dari masalah-masalah tersebut maka Kemenkominfo membuat sebuah peta solusi.Ā Setidaknya terdapat 30 kebijakan pemerintah untuk menunjang e-commerce. Pemerintah menargetkan e-commerce bisa memperoleh 310 miliar dollar sampai pertengahan 2018,” ujar Rudiantara.
Konsep road map e-commerce ini, dikatakan Rudiantara, mengadopsi dari cara negara Cina (Tiongkok) yang sudah lebih dulu membuat konsep ini pada tahun 2014. Dan cara ini terbukti ampuh mendongkrak daya saing ekonomi Tiongkok dalam bisnis digital.
“Tiongkok sudah berhasil mengaplikasikan roadmap e-commerce ini. Terbukti, pada tahun 2014 bisnis e-commerce Tiongkok mencapaiĀ 453 milliar dollar Amerika,ā pungkas Rudi. (rls/one)