Palapa News- Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sekar Melati di Jalan Reformasi III RT 05/RW 02, Pondok Aren, Tangerang Selatan (Tangsel) disegel.
Parahnya, aksi penyegelan yang mengganggu kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah tersebut dilakukan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tangsel.
Pantauan di lokasi, sekolah yang juga berfungsi sebagai balai warga, Posyandu, Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Lansia (BKL) dan Bina Keluarga Remaja (BKR), disegel menggunakan bambu.
Pada bagian depan gedung juga ditemukan kertas karton warna abu-abu dengan tulisan “Mau Buka Pintu Lapor Dahulu ke Pemilik Ir Gacho Sunarso”.
Pengurus PAUD Sekar Melati Ahmad Darwanto mengatakan aksi penyegelan pertama kali dilakukan pada hari Kamis (15/5/2014) pagi.
“Waktu pertama kali nyegel, baru bagian depan saja yang dipalang pakai bambu,” Darwanto menjelaskan kepada wartawan, Senin (19/5/2014).
Bersama itu, kegiatan belajar mengajar masih dapat berjalan, peserta didik maupun tenaga pengajar masih dapat masuk ke dalam ruang kelas dengan menerobos portal penutup. Baru pada sore harinya, aksi penyegelan diteruskan dengan pemasangan bambu penghalang pada tiap ruangan.
“Awalnya, pak Gacho Sunarso mengklaim tanah ini miliknya. Tapi yang menyegel tidak dilakukannya secara langsung, namun lewat orang suruhannya,” ujarnya.
Menurutnya, PAUD Sekar Melati sudah berdiri sejak 2007. Keberadaannya berdasarkan inisiatif sejumlah warga sekitar melalui persetujuan dari pihak kelurahan setempat.
Tidak hanya itu, bangunan yang berdiri merupakan hasil swadaya warga yang merasa peduli dengan dunia pendidikan, khususnya masyarakat golongan kurang mampu.
“Aslinya tanah sekolah milik orang di luar Pondok Aren yang sudah lama diurusnya. Saya juga bingung, kanapa pak Gacho baru sekarang mengungkit. Mulai sejak menggugat sampai sekarang, dia juga tidak pernah membawa surat kepemilikan tanah yang sah,” tambahnya.
Diketahui, PAUD Sekar Melati saat ini memiliki anak didik sekitar 80 orang. Untuk memperoleh ilmu di sekolah tersebut, anak didik juga hanya diminta iuran Rp 20 ribu per bulan.(one)
