Palapanews.com- Persaudaraan Alumni 212 berencana kembali menggelar reuni, pada 2 Desember 2018 mendatang. Namun reuni alumni 212 yang ke-2 itu diprediksi tidak sesemarak reuni yang pertama.
Pengamat politik dari Universitas Pamulang (Unpam) Tangerang Selatan, Banten, Sonny Majid mengatakan wajar bila umat Islam kurang antusias datang ke reuni alumi 212.
”Momentumnya sudah habis. Seharusnya pasca kasus Ahok gerakan seperti ini tidak diperlukan lagi,” tandas Sonny dalam keterangan tertulis, Senin (12/11/2018) malam.
Memang gerakan 212 lahir setelah muncul dugaan penodaan agama. Saat itu jutaan umat Islam dari berbagai daerah berbondong-bondong ke Jakarta untuk menggelar aksi unjuk rasa. Umat Islam menuntut Ahok diproses hukum.
”Dan, tuntutan umat Islam telah dipenuhi oleh aparat penegak hukum. Ahok disidangkan dan divonis bersalah. Yang bersangkutan pun sudah menjalani hukuman,” kata Dosen Unpam ini.
Hukuman yang diberikan kepada Ahok pun melegakan mayoritas umat Islam. Karenanya, umat Islam tidak banyak yang datang saat alumni 212 menggelar reuni ke-1 2 Desember 2017 lalu.
Kata Sonny, mayoritas umat Islam telah menyadari bahwa tidak perlu lagi melakukan gerakan. Apalagi gerakan umat Islam cenderung ditunggangi oleh kelompok yang punya kepentingan politik praktis.
”Gerakan umat Islam saat itu pun sebenarnya ada yang menunggangi untuk kepentingan politik praktis, yaitu Pilkada DKI. Tapi umat Islam memilih tutup mata yang penting Ahok dipenjarakan,” kata alumnus Universita Islam Makassar (UMI) ini.
Lebih lanjut dikatakan, kelompok yang menunggangi gerakan umat Islam untuk kepentingan politik praktis juga mencari-cari momentum.
Misalnya, saat terjadi insiden pembekaran bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) pada acara peringatan Hari Santri Nasional (HSN) lalu. Oleh kelompok tertentu, pembakaran bendera itu diolah sehingga muncul reaksi unjuk rasa bertajuk Bela Tauhid. Sayangnya, dalam setiap aksi unjuk rasa Bela Tauhid disusupkan wacana Ganti Presiden dan mendukung capres-cawapres nomor urut 02.
”Ini kan sedikit aneh. Bagaimana tidak, itu gerakan umat Islam tapi diarahkan mendukung calon yang bukan ulama. Kalau mau fair, umat Islam harusnya mendukung calon nomor urut 01 karena ada Kiai Ma’ruf Amin di sana,” tuturnya.
Sonny juga mengingatkan, KH Ma’ruf Amin juga berkontribusi dalam gerakan umat Islam 212. Saat itu Kiai Ma’ruf sebagai Ketua Umum MUI mengeluarkan fatwa terkait Ahok yang menyinggung surat Al-maidah.
”Akhirnya muncul GNPF (Gerakan Nasional Pengawal Fatwa) MUI. Fatwa itu dijadikan legitimasi umat Islam dalam aksinya saat itu,” pungkas Sonny. (red)