Kemarau Panjang, Warga dan Petani di Tangerang Susah Dapat Air

Palapanews.com- Kekeringan air dialami Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Benteng Kota Tangerang. Hal tersebutĀ membuat suplai air bersih kepada warga Tangerang terganggu, lantaran Kali Cisadane yang menjadi sumber produksi PDAM sedang surut karena kemarau berkepanjangan.

Asisten Manager Humas dan Pengaduan PDAM TB Kota Tangerang, Ichsan Sodikin mengatakan,Ā kondisi air baku saat ini mulai menurun secara kualitas dan kuantitas dikarenakan belum turunnya hujan hingga saat ini.

“Iya benar kekeringan. Kami mohon maaf kepada pelanggan terkait kualitas dan kuantitas, dikarenakan surutnya air baku Cisadane akibat musim kemarau,” ujar Ichsan, Senin 13 Agustus 2018.

Ichsan menambahkan, pihaknya terus berkoordinasi dengan pihak Balai Besar Wilayah Cisadane untuk terus menjaga permukaan air kali Cisadane.Ā Hal itu bertujuan agar pasokan air bersih tidak akan berkurang untuk pengiriman intake pengolahan air bersih.

“Kami sudah koordinasikan dengan Pihak PT Moya selaku pengelola air bersihnya, sehingga supply air bersih kepada pelanggan tidak terlalu terganggu dan berjalan normal,” kata Ichsan.

Ia melanjutkan, bagi masyarakat yang memerlukan bantuan air bersih, akan segera dikirimkan menggunakan mobil tangki apa bila mendesak.

Pihaknya menyediakan sambungan telepon bagian pengaduan dan bantuan air bersih di 021-5587234 atau 021-55799287.

Sementara itu, akibat kekeringan itu pun dirasakan oleh para petani padi di Kampung Bayur, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang.

Para petani harus gagal panen lantaran sungai Cidurian mengering sejak dua bulan terakhir, yang membuat tanaman padi mati karena kurangnya pasokan air.

Bahkan, tanah dilahan persawahan saat ini kering kerontang dan mengalami retak karena sudah terlalu lama tidak tersentuh air dan hujan.

“Harapan kami hanya dari sungai Cidurian, bahkan sekarang pun airnya hitam. Kami masih memohon mudah-mudahan ada hujan, tapi kalau sekarang lihat begini, kami pesimis untuk melanjutkan menanam,” ujar petani bernama Daiman.

Para petani pun terpaksa harus mencabuti padi yang baru satu bulan ditanam. Selain itu, mereka pun beralih profesi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, karenaĀ merugi.

“Karena kita sudah hitung biayanya juga besar, bahkan persemaiannya umur satu bulan tidak bisa ditanam, udah seratus persen gagal. Kalau kegagalan ini kita hitung satu hektar minimal dua juta saja, dikalkulasikan lumayan kerugiannya. Makanya saya sekarang jadi tukang bangunan,” jelasnya.

Para petani berharap pemerintah Kabupaten Tangerang dapat segera memberikan bantuan. Pasalnya, padi yang mereka tanam merupakan sumber nafkah mereka. (rik)

Komentar Anda

comments