Pramugari Asal Tangsel Jadi Korban Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182

Palapanews.com- Pramugari Nam Air, Isti Yudha Prastika menjadi korban pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182 rute Jakarta-Pontianak yang jatuh di Kepulauan Seribu, berdekatan dengan Pulau Laki dan Pulau Lancang pada Sabtu (9/1/2020) sore.

Kabar Isti menjadi korban Sriwijaya Air SJ 182, membuat keluarga terpukul. Terlihat di kediaman orangtua Isti di Perumahan Reni Jaya, Jalan Sumatra 9, Blok K3/11, Kelurahan Pondok Benda, Pamulang, Tangsel, seluruh keluarga sudah berkumpul untuk mendoakan agar Isti segera ditemukan.

Kakak kandung Isti, Irfan Defrizon (37) hanya berharap adik bontotnya bisa ditemukan secepatnya dan bisa dikebumikan secara layak.

“Kalau selamat ya, wallahu’alam, saya berharap jasadnya ditemukan biar bisa nyekar, bisa ngeliat kuburannya, bisa jengukin kalau suatu waktu bisa ziarah. Jangan sampai enggak ditemukan jasadnya, kalau masalah selamat sih sudah pasrah lah, ikhlaskan saja,” ujarnya Senin (11/1/2020).

Irfan pertama kali mendengar berita adanya pesawat Sriwijaya Air jatuh, hanya berharap itu bukan adiknya yang sedang bertugas. Namun, menjelang Magrib, telepon genggamnya berdering ada panggilan masuk dari kakak pertamanya yang mengabarkan jika Isti berada di pesawat tersebut.

“Abis bangun tidur siang, bangun ngeliat berita Sriwijaya Air hilang dan lepas kontak, saya langsung kepikiran adik saya saja, mudah-mudahan bukan adik saya yang di dalam. Ternyata sekitar jam 5 sore, abang saya ngabarin bahwa adik saya ada di dalam Sriwijaya yang jatuh dikasih tahu dari suaminya,” paparnya.

Mendengar kabar itu, orangtua dan sang kakak langsung menghubungi telepon genggam milik Isti dengan harapan anak ketiga dari tiga bersaudara itu bukan menjadi korban.

“Langsung ditelpon, enggak bisa. Kita berdoa aja, semoga bukan Isti di dalam pesawat. Ternyata abang saya sampai sekitar Maghrib ngabarin ke orangtua, kita berdoa saja semoga selamat. Tunggu sampai malam, enggak ada berita, yaudah ikhlaskan saja yang penting jasadnya diketemukan,” harap Irfan yang tak kuasa menahan tangis membayangkan adik bontotnya.

Isti seharusnya tidak bertugas, terpaksa menggantikan shift temannya dari Pontianak-Jakarta. Maka dari itu, Isti menumpang di pesawat tersebut dan duduk dibangku penumpang.

Bahkan menurut Irfan, adik bontotnya itu sempat rehat dari profesi pramugari dan bekerja menjadi staff di Nam Air. Akan tetapi, jiwa pramugari Isti tak bisa dipisahkan dan kembali terbang.

“Masuk di Nam Air baru 2019 di staffkan, setelah beberapa bulan di rumah, keterima lagi di Nam Air dan terbang lagi mungkin karena sudah jiwanya menjadi pramugari,” pungkasnya. (nad)

Komentar Anda

comments