Pesan Dibalik Pertemuan Nasdem dan PKS

Palapanews.com- Rabu, 30 Oktober 2019, Ketua Umum partai Nasdem Surya Paloh bertemu dengan Presiden Partai Keadilan sejahtera (PKS) Sohibul Iman di kantor DPP PKS. Pertemuan ini juga melibatkan para petinggi dari kedua partai. Pada akhirnya, kedua partai yang berbeda sikap ini mengambil beberapa poin kesepahaman tentang pandangan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pasca-pertemuan tersebut, dokumentasi yang memperlihatkan momen keakraban antara Surya Paloh dan Sohibul Iman pun menjadi pembicaraan, termasuk oleh Presiden Joko Widodo. Beberapa waktu lalu saat memberikan sambutan di acara peringatan ulang tahun ke-55 Partai Golkar, Joko Widodo menyinggung pertemuan tersebut. Dalam pernyataannya, Jokowi mengatakan Surya Paloh yang tampak lebih cerah sehabis berangkulan dengan Sohibul Iman.

Pertemuan antara kedua petinggi partai politik ini tentu mengandung pesan tertentu. Dalam hal ini yang menjadi perhatian ialah momen berangkulannya Surya Paloh dan Sohibul Iman. Tampak keakraban diantara keduanya. Menurut Dr. Umaimah Wahid dalam bukunya “Komunikasi Politik: Teori, Konsep, dan Aplikasi Pada Era Media Baru” (2016) tidak ada komunikasi politik tanpa pesan politik. Pesan politik menjadi representasi perasaan, pikiran, pendapat, keinginan, tujuan dan kepentingan komunikator yang disampaikan kepada khalayak. Produksi pesan seseorang sangat terikat dengan masalah psikologis yang melingkupi orang tersebut sehingga kondisi tersebut memengaruhi pesan politik yang muncul. Dalam momen berangkulan tersebut terdapat pesan nonverbal. Menurut Dale G Leathers dalam Nonverbal Communication Systems pada Komunikasi Politik (2016: 48-50), ada 6 alasan mengapa pesan nonverbal sangat signifikan:

1. Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal.

2. Perasaan dan emosi lebih cermat jika disampaikan melalui nonverbal ketimbang pesan verbal.

3. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi serta kerancuan.

4. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi.

5. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal.

6. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat.

Walaupun berbeda sikap, partai Nasdem berada di koalisi pemerintah dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berada di oposisi, keduanya sepakat untuk menjalankan kegiatan politik yang berlandaskan niat baik, pikiran konstruktif dan bukan untuk saling merusak atau menjatuhkan. Namun demikian, Surya Paloh belum memberikan pernyataan secara resmi terkait jawaban atas pernyataan Joko Widodo pada HUT Partai Golkar. Melalui Sekjen Nasdem, Johnny G Plate, pertemuan yang dilakukan Surya Paloh sebagai bentuk inisiatif untuk membangun komunikasi politik. Setiap orang mempunyai gaya komunikasi politik yang unik dan berbeda-beda, tergantung latar belakang individu tersebut. Selain itu situasi dan kondisi juga memengaruhi komunikasi politik karena era atau waktu pemerintahan, tujuan, dan alasan yang berbeda. Komunikasi politik yang dilakukan pada era presiden Soekarno, Soeharto, dan yang lainnya tentunya berbeda-beda bisa disebabkan karena pola pikir, tujuan, nilai, atau ideologi yang tidak sama)

Kegiatan politik di Indonesia sangat dinamis. Memang tidak aturan baku yang mengatur suatu partai politik koalisi dilarang melakukan pertemuan dengan partai politik oposisi pemerintah. Selama tujuannya murni untuk kemajuan dan kebaikan bangsa Indonesia, hal itu tentu sangat baik. Tak salah pula jika nantinya ada partai – partai lain yang meniru langkah ini.

Dalam pemerintahan kali ini kita ketahui partai yang tergabung dalam koalisi lebih “gemuk” jika dibandingkan dengan oposisi. Hal ini dikhawatirkan dapat mengakibatkan penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan. Kegiatan demokrasi pun tidak dapat berjalan dengan sempurna. Bisa jadi pertemuan kebangsaan antara partai Nasdem dan PKS ini adalah suatu terobosan dari partai politik untuk tetap menjalankan fungsinya sebagai pengawas pemerintahan. Tak salah pula jika nantinya ada koreksi yang datang dari koalisi semata-mata untuk mengingatkan pemerintah akan visi-misinya, demi tercapainya tujuan Indonesia Maju yang dicanangkan oleh presiden Joko Widodo. Karena mitra kerja yang baik adalah yang bisa mengingatkan sesama rekan kerjanya akan adanya potensi bahaya, bukan malah membiarkannya terjerumus begitu saja tanpa melakukan sesuatu.

Oleh: Afrit Wira Buana, Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur.

Komentar Anda

comments