Kemenag RI: Fungsi Masjid Kurang Optimal Dikelola Masyarakat

Palapanews.com- Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Agama dan Keagamaan pada Kementerian Agama (Kemenag) RI, Prof. Amsal Bahtiar menilai fungsi masjid sebagai saran ibadah dan dakwah kurang optimal dikelola masyarakat.

“Rutinitas beribadah di masjid tidak optimal, karena hanya sekitar 5 jam, masjid digunakan setiap hari. Padahal satu hari satu malam tersedia waktu 24 jam,” kata Amsal dalam seminar hasil penelitian Pendidikan Keterampilan Berbasis Masjid di Bogor, Jawa Barat, Rabu (30/10/2019).

Begitu juga fungsi Masjid sebagai tempat berdakwah, lanjut Amsal, dilakukan beberapa jam saja dalam seminggu atau sebulan bahkan setahun, sehingga bangunan masjid yang di beberapa tempat sangat megah kurang optimal penggunaannya.

Atas dasar itulah menurut Amsal, diadakannya penelitian tentang pemberdayaan masjid, untuk meningkatkan keterampilan perlu dilakukan dalam mencari model terbaik.

Dirinya juga mencontohkan, fungsi Masjid yang tidak hanya dijadikan sebagai sarana ibadah dan dakwah saja, melainkan masjid bisa menjadi pusat peningkatan perekonomian masyarakat.

“Masjid Agung di Cirebon berhasil mengadakan pelatihan digital ekonomi untuk para pemuda disekitar mesjid. Model beginilah yang perlu dikembangkan dan disebarluaskan ke masjid-masjid yang lain. Atas dasar itu, Puslitbang Penda tahun depan akan mengadakan affirmatif action dengan mengembangkan beberapa masjid yang potensial sebagai rul model tempat pengembangan keterampilan bagi para warga di sekitar masjid,” terangnya.

Hal senada juga disampaikan penanggungjawab seminar hasil penelitian masjid, Muhammad Husen. Menurutnya, fungsi masjid tidak hanya berperan dalam bidang ubudiyah, akan tetapi masjid juga bertanggungjawab dalam peningkatan dibidang Sosial, Pendidikan, Politik, dan Ekonomi. Menurutnya, Masjid dilihat dari sisi data, bisa menyampaikan-nilai moderasi beragama.

“Seperti lembaga pendidikan, lembaga ekonomi, pertanyaan selanjutnya kan orang-orang yang bisa mengisi peran-peran itu, atau ada persoalan teologis, dengan SEMHAS ini tentu dalam mengembangkan masjid-masjid melalui life skillnya yang bisa ditularkan ke masjid-masjid lain dan disampaikan kepada direktorat urusan agama islam dan juga direktorat pendidikan agama,” kata Muhammad Husen.

Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Penelitian, Ta’rif MA mengatakan kajian ini juga bertujuan untuk menanggapi tuduhan-tuduhan bahwa masjid sebagai sarang radikal, ia menjelaskan, bahwa fungsi masjid bisa dijadikan sebagai wadah mengasah keterampilan, terutama bagi kaum milenial memiliki semangat muda, yang mestinya kita lihat dari sisi positifnya untuk mengajak untuk mengembangkan diri.

“Semacam urutan dari kegiatan penelitian, setelah dapat masukan dari berbagai narasumber dan peserta, kita akan terbitkan exclusive summary, policy breef, kemudian kita akan sampaikan kepada stakeholder-stakeholder yang ada, misalnya Bimas Islam, stakeholder yang lainnya. Serta rekmendasi-rekomendasi yang lainnya kedepan untuk pengembangan. Seperti orang setelah selesai solat itu tidak melepaskan bajunya masing-masing, yaitu masjid sebagai pemersatu umat,” tandasnya. (mah/red)

Komentar Anda

comments