Mau Investasi Properti Harus Hati-hati, Hindari 5 Hal Ini

Palapanews.com- Belakangan banyak masyarakat perkotaan memilih properti sebagai investasi jangka panjang. Wajar, karena keuntungan yang diperoleh dari investasi di sektor properti begitu menguntungkan.

Namun siapa sangka, ternyata berinvestasi di sektor properti juga ada efek negatifnya, jika kita tidak memperhitungkan secara matang. Bahkan, bisa berimbas pada kerugian dan hilangnya aset kita.

“Investasi properti bisa menjadi boomerang jika dilakukan tanpa perhitungan yang matang. Bahkan bisa menjadi kerugian,” kata Investro Konsultan, Arif Muhammad.

Ia membeberkan lima faktor yang harus dihindari bagi anda yang mau mulai investasi di sektor properti.

Status tanah dan bangunan yang tidak jelas.
Anda harus memastikan terlebih dahulu status tanah dan bangunan yang diminati. Cermati prosedurnya, apakah sudah sesuai peraturan yang dikeluarkan pemerintah atau tidak. Hindari berinvestasi properti dengan status tidak jelas atau sengketa.

Akses terbatas serta lokasi yang sulit ditempuh.
Sebelum melakukan investasi, sebaiknya perhatikan akses menuju property yang akan dibeli. Apakah lokasi properti itu strategis, apakah dekat dengan pusat bisnis dan pusat kota, apakah lingkungannya sesuai serta apakah properti yang diinginkan mudah ditempuh.

Lokasi properti berada di area rawan bencana
Jangan sekali-kali membeli property di lingkungan rawan bencana. Selain memiliko risiko tinggi, properti di kawasan tersebut juga akan sulit dijual kembali dengan harga yang pasti turun drastis.

Tapi, bila Anda tetap optimis dan sudah mengetahui segala risikonya, silahkan berinvestasi dan jangan ditunda.

Pengembang yang kurang kompeten.
Saat ingin membeli properti, cermati pengembang yang menjadi pengelolanya. Ketahui terlebih dahulu track record pengembang tersebut. Apakah pengembang itu memiliki sumber daya berkualitas dan mumpuni atau tidak.

Berada di daerah property bubble.
Istilah ini juga dikenal dengan gelembung properti. Yaitu melonjaknya harga perumahan akibat meningkatnya permintaan dan spekulasi. Kenaikan ini diibaratkan seperti gelembung udara yang semakin membesar.

Pada titik tertentu, permintaan dari properti akan stagnan karena semakin banyaknya properti yang tersedia di suatu tempat.

Seiring dengan hal tersebut, tentunya harga properti juga akan turun, seperti yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2006 dan berimbas kepada perekonomian global.

Memiliki aset properti di daerah yang terkena dampak gelembung tersebut akan mengakibatkan kerugian karena nilai jual atau sewanya akan menurun, bahkan bisa ‘terjun bebas’.

“Untuk itu, jangan lupa untuk mencari tahu informasi tentang property bubble agar tidak merugikan Anda,” terang Arif di BSD. (mat)

Komentar Anda

comments