Ritual Ramadan, Warga Babakan Keramas di Sungai Cisadane

Palapanews.com- Ratusan warga Kampung Babakan, Kota Tangerang, menggelar ritual tahunan, yaitu mandi dan keramasan massal di pinggir Sungai Cisadane, Kota Tangerang.

Kegiatan tahunan tersebut sebagai tanda pembersihan diri menyambut datangnya Ramadan yang telah dijalani masyarakat Tangerang sejak tahun 1990.

Ritual yang disebut Keramas Merang ini diikuti oleh anak-anak, orang dewasa serta puluhan lansia yang berkumpul untuk mengikuti ritual bersih-bersih tersebut.

Walikota Tangerang, Arief R Wismansyah mengatakan, tradisi keramasan ini merupakan acara yang tiap tahun diadakan untuk menjaga budaya Kota Tangerang agar tidak punah.

“Ini (Keramas) dilakukan oleh warga Babakan dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan. Ini juga merupakan budaya masyarakat lokal. Saya terimakasih kepada para tokoh untuk memperkenalkan tradisi ini kepada anak-anaknya agar budaya ini menjadi bagian dari budaya Kota Tangerang dan berharap tidak punah dan juga mereka harus menjaga Sungai Cisadaen,” ujar Arief di pinggir Sungai Cisadane, Sabtu, 4 Mei 2019.

Selain menjaga kebudayaan, Arief menjelaskan, acara ini pun bertujuan untuk menjaga tali silaturahmi antara warga Tangerang. “Ritual siraman itu tidak hanya dimaksudkan untuk membersihkan badan dan mempererat tali silaturahmi, tetapi juga disimbolkan untuk membersihkan hati,” ucapnya.

Warga kampung Babakan, Indah mengaku, ritual mandi di sungai Cisadane sudah dilakukan sejak dia masih anak-anak. Dari kondisi air di sungai Cisadane sangat jernih dan bersih, hingga keruh dan banyak sampah.

“Dulu air di Cisadane bersih enggak ada sampah. Tapi tetap menjalankannya karena ini sudah seperti tradisi bagi kami,” kata Indah.

Indah menuturkan, ritual ini berawal dari kebiasaan warga yang melakukan keramas dengan menggunakan merang. Merang adalah bekas tangkai padi yang telah diolah sedemikian rupa, digunakan warga di zaman itu sebelum mengenal adanya sampo.

Mandi Merang merupakan salah satu bentuk tradisi masyarakat Betawi. Dimana batang padi itu dibakar lalu direndam. Selanjutnya, dioleskan ke seluruh tubuh lalu dibilas dengan air. Saat itu, merang menjadi pengganti sampo dan sabun.

“Dulu tidak kenal sampo, orang tua kami pakai merang buat keramas, tapi sekarang sudah dicampur, ada yang pakai sampo ditambah merang. Soalnya, merang ini susah dicari,” jelasnya.

Masyarakat yang masih melakukan tradisi ini menganggap kegiatan keramas bersifat wajib. Jika membersihkan diri sebelum Ramadan, mereka percaya ibadah akan menjadi lebih khusyuk.

Selain mandi keramas, sejumlah warga juga memainkan berbagai alat musik sebagai pertanda datangnya bulan suci Ramadan.(rik)

Komentar Anda

comments