Pengamat: Umat Islam Potensial Dijadikan Mesin Gerakan Politik

Palapanews.com- Umat Islam di Indonesia sangat potensial dijadikan mesin gerakan politik. Itu terbukti saat jutaan umat Islam turun ke jalan meminta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dipenjara karena dianggap menistakan agama Islam.

Sayang gerakan umat Islam yang kemudian dikenal dengan gerakan 212 itu ditunggangi segelintir orang untuk pentingan politik praktis. Terlebih dalam momentum Pemilihan Umum (Pimilu) 2019.

“Itu yang patut disayangkan. Gerakan ‘212’ ini ditunggangi untuk kepentingan politik,” ujar pengamat politik yang juga Dosen Universitas Pamulang (Unpam) Sonny Majid, Sabtu (9/11/2018).

Alumni 212 diprediksi akan kembali bergerak pada 2 Desember nanti. Ya, itu akan dijadikan momentum untuk menggelar reuni alumni 212 yang kedua.

“Dan saya yakin, pada reuni 212 nanti akan disusupi gerakan politik praktis, dukung mendukung capres-cawapres,” tandasnya.

Bukan tanpa alasan Sonny menyebut gerakan 212 sudah ditunggangi oleh sekelompok orang untuk kepentingan politik.

“Kalau tidak ada yang menunggangi, seharusnya gerakan ini sudah berhenti. Karena Ahok yang dianggap menistakan agama sudah diproses hukum,” tuturnya.

”Tapi kenyataannya sekarang? Masih ada alumni gerakan 212. Ada reuni 212,” tambahnya.

Itulah yang membuat umat Islam kehilangan respek terhadap gerakan 212. Hal itu berbeda ketika gerakan ini menuntut Ahok dipenjara. Bahkan, KH Ma’ruf Amin pun ikut mendukung gerakan tersebut.

”Iya kan? Kiai Ma’ruf sampai rela dicaci maki oleh pendukung Ahok saat itu. Bayangkan seorang ulama rela dirinya dicaci maki demi berjuang bersama umat Islam,” tandas Sonny.

Lebih lanjut alumnus Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar mengatakan, saat itu Kiai Ma’ruf Amin benar-benar menjadi tumpuhan umat Islam untuk membela agama dari penista agama. Bahkan lebih dari itu, banyak aspirasi umat Islam yang diperjuangkan ulama yang kini menjadi cawapres nomor urut 1 itu.

Setelah Kiai Ma’ruf terpilih sebagai cawapres petahana semakin kelihatan siapa yang menunggangi gerakan 212. Misalnya dalam insiden pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid. Muncul gerakan bela tauhid, namun ujungnya mereka meminta ganti presiden.

“Gerakan bela tauhid kok ada yang meminta ganti presiden. Mengacungkan dua jari mengisyaratkan memilih capres nomor urut 2. Ini kan jelas siapa kelompok yang menunggangi gerakan umat Islam. Siapa mereka, anda bisa jawab sendiri itu,” tuturnya.

Seharusnya, lanjut Sonny, kalau umat Islam ingin tersampaikan aspirasinya bukan ke capres nomor urut 2. Sebaliknya, justru yang lebih representatif adalah ke Kiai Ma’ruf.

“Kalau umat Islam harus berpolitik praktis, menurut saya mendukung capres nomor urut 2 itu salah alamat,” pungkasnya. (red)

Komentar Anda

comments