Lebih Dekat dengan Dellie Threesyadinda, Atlet Panahan Indonesia

Palapanews.com- Semua hening menunggu pengumuman nama yang mewakili Distrik 12 dalam ajang tahunan yang paling menegangkan. Seketika itu nama Primrose Everdeen dipanggil lewat pengeras suara, didengar oleh ratusan warga di lapangan pada siang yang terik. Menahan tangis dan terkejut, Katniss Everdeen kemudian maju untuk menggantikan adiknya yang berusia 12 tahun tersebut.

Tokoh utama film Hunger Games (2012), Katniss Everdeen, menjadi salah satu inspirasi srikandi Indonesia, Dellie Threesyadinda. Dinda yang terjun di Asian Games 2018 nomor compound cabang olahraga panahan ini sangat suka dengan akting Jennifer Lawrence dalam film itu.

“Daya juangnya kerasa banget, bisa jadi motivasi buat yang menonton,” ujar Dinda saat ditemui beberapa waktu lalu.

Siang itu Dinda mengenakan baju bergaris hitam-putih berbalut jaket denim biru dan celana krem. Sesekali Ia menyeruput air mineralnya sembari menunggu pesanan makanannya datang.

Menurut anak sulung dari tiga bersaudara ini, panahan tidak hanya mengolah raga tapi juga mengolah rasa dan kekuatan mental. “70% justru pengendalian emosi dan pikiran di mana kita harus fokus dan benar-benar hadir di sana, selebihnya baru fisik,” tambah Dinda.

Seperti Katniss yang berjuang demi keluarganya, Dinda pun mengaku bahwa motivasi terkuatnya berasal dari keluarga. “Katniss itu fierce dan dingin, tapi sebenarnya dia peduli dengan orang sekitarnya. Selain demi keluarga, aku juga ingin nama Indonesia harum di mata dunia,” ujar Dinda dengan penuh keyakinan.

11 Tahun Ikut Timnas

Pada usia 5 tahun Dinda dikenalkan memanah oleh ibunya, Lilies Handayani, atlet panahan nasional peraih medali perak dalam Olimpiade Seoul 1988. Pada usia 7 tahun, Dinda mengikuti kejuaraan dan meraih emas. Luar biasa. Sejak saat itu Dinda seakan tidak bisa berhenti memanah. Ia terpilih masuk timnas pertama kali tahun 2007 dan sampai hari ini Dinda tidak pernah bolos membawa nama Indonesia di ajang olahraga internasional, termasuk Asian Games kali ini.

Perjuangan heroik Dinda meliputi peristiwa berdarah-darah, secara harfiah. Kejadiannya dua hari sebelum berangkat Sea Games 2013, Dinda menaiki taksi. Tak disangka taksi tersebut mengalami kecelakaan yang cukup hebat dan pecahan kaca depan taksi mengenai kepala Dinda, darahpun bercucuran. Dengan semangat pantang menyerah dan kepala yang penuh perban, Dinda tetap mengikuti pertandingan dan berhasil meraih emas.

“Alhamdulillah tanganku gak apa-apa. Di pertandingan semua orang ngeliatin, gak peduli cuek saja,” tutur Dinda.

Semangat Dinda membela tanah air melalui panahan, sejalan dengan filosofi perusahaan Astra, butir pertama Catur Dharma, Menjadi Milik yang Bermanfaat Bagi Bangsa dan Negara.

Astra turut mendukung Asian Games 2018 sebagai Official Prestige Partner. Dukungan Astra berupa kontribusi penyelenggaraan rangkaian acara, penyediaan mobil operasional, penyelenggaraan torch relay di 10 kota hingga turut menggaungkan Asian Games 2018 melalui berbagai aktivasi digital. Selain itu Astra berkesempatan memeriahkan lokasi cabor panahan, Archery Field Gelora Bung Karno Jakarta. (red)

Komentar Anda

comments