Palapanews.com- Stres bisa datang kapan saja bahkan tanpa Anda sadari, mungkin dipicu karena masalah dengan keluarga, pasangan, pekerjaan, keuangan, atau karena terjebak macet di jalan. Hal-hal kecil yang sebenarnya sepele bisa dengan mudah membuat Anda stres.
Uniknya, ternyata stres yang Anda alami bisa saja disebabkan oleh pengaruh orang lain. Ya, katanya stres menular, tapi apa benar? Ini penjelasannya menurut para ahli.
Kebanyakan orang berpikir stres itu muncul dari dalam diri akibat respon tubuh terhadap masalah yang sedang dihadapi. Tentunya, setiap orang akan memiliki respon yang berbeda-beda. Semuanya tergantung dari bagaimana Anda memandang suatu masalah yang bisa memicu timbulnya stres dan cara Anda untuk mengatasinya.
Mungkin Anda pernah menemui atau justru mengalaminya sendiri, saat ada seseorang yang merasa panik dan cemas, kemudian Anda akan memintanya untuk tidak panik karena hal itu bisa memengaruhi pikiran Anda.
Itu sebabnya, tanpa Anda sadari nyatanya stres yang selama ini Anda alami bisa saja bukan disebabkan oleh diri Anda sendiri, melainkan karena pengaruh dari orang lain di sekitar. Ya, ternyata stres menular dari orang satu ke orang lainnya.
Dilansir Hellosehat.com dari laman Psychology Today, sebuah penelitian dalam Journal Social Science and Medicine meneliti hubungan stres yang dialami guru sekolah dan pengaruhnya pada para siswa, begitu juga sebaliknya.
Hasilnya menunjukkan bahwa guru yang mengalami kelelahan hingga menyebabkan stres, memicu peningkatan kadar kortisol (hormon stres) dalam tubuh para siswa. Akhirnya, stres menular pada para siswa ataupun sebaliknya.
Temuan ini diperkuat dengan penelitian lain yang dimuat dalam Journal Nature Neuroscience, dengan melakukan percobaan pada sepasang tikus yang salah satunya mengalami stres. Saat tikus yang mengalami stres ini disatukan dengan tikus lain yang tidak mengalami stres, maka ada perpindahan sinyal stres kimia dari hewan satu ke lainnya.
Kondisi ini yang kemudian memicu munculnya stres pada individu yang mendapatkan “pengaruh stres” dari individu lainnya. Padahal, seseorang bisa saja tidak mengalami gejala sama sekali, pada awalnya. (red)