Roy Wijaya Sutradarai Film Desa Impian

Sutradara Roy Wijaya. (ist)

Palapanews.com- Rumah produksi Kreasi Media Cinema berencana akan meluncurkan film “DESA IMPIAN” yang akan tayang pada peringatan HUT HKTI ke-45 di Citarum Bandung dan Jakarta. Kisah inspiratif dari garapan sang Sutradara Roy Wijaya ini menyoroti soal keikhlasan, kejujuran dan toleransi.

Film yang akan mengambil lokasi syuting di Cikarang ini hadir untuk memberi gambaran nyata kehidupan orang orang Desa tanpa kesan menggurui.

Film berdurasi 60 menit ini akan menampilkan pendatang baru dari Kreasi Media Institut dan menduetkan kaka beradik antara Kevin Sukmadipura dan Vincent Sukmadinata untuk menjalani peran yang menantang sebagai Dudi karena ia dituntut untuk tampil jadi Sarjana Sawah yang penuh wibawa namun juga luwes berinteraksi dengan masyarakat Desa.

Roy Wijaya mengatakan, film yang ditulisnya itu banyak menceritakan lika-liku kondisi pertanian masyarakat pedesaan dan bergulatnya kemajuan jaman ditengah generasi milenial. Meski kehidupan ekonomi masyarakat terpuruk. Mereka tetap berusaha bangkit dari keterpurukan ekonomi dengan menanam berbagai tanaman yang bisa menghidupi kebutuhan.

“Ini adalah gambar nyata saat ini. Orang di desa udah malas ke sawah mereka sibuk dengan gadgetnya dan mereka lebih suka menjual sawah untuk kehidupan yang instan tanpa memikirkan hidupnya di masa depan,” kata Roy dalam keterangan pers yang diterima Palapanews, Selasa (20/3/2018).

Menurutnya Film itu terilhami seiring dengan kebangkitan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) ke-45 yang di gagas Jendral TNI (purn) DR. Moeldoko Sebagai Ketua Umum HKTI dan Mayor Jenderal TNI (Purn) Bambang Budi Waluyo sebagai Sekjen HKTI.

“Ide cerita Film ini juga lahir dari mantan tentara yang peduli petani dan pedesaan yaitu Brigjen TNI (purn) Ali Imron Kadir,” ucapnya.

Film ini berawal dari sebuah pemikiran seorang sarjana pertanian yang berusaha sekuat tenaga mengubah paradigma masyarakat untuk mengganti pola tanam mereka. Untuk melirik potensi lahan pertanian desa terselamatkan dari eksploitasi. Dengan penuh semangat pemuda itu membangkitkan warga untuk tetap menanam dengan pola dari ilmu yang dimilikinya.

Dulu, sebelum memutuskan memilih Fakultas Pertanian, sama sekali Dudy tak mempertimbangkan soal peluang pekerjaan setelah wisuda. Karena Baginya penduduk Desa itu seolah-olah hanya ada satu pekerjaan di dunia ini: Petani.

Dengan memperdalam ilmu Botani, Biokimia, Ekologi Pertanian, dan Ilmu Tanah, Dudy terus merubah pola masyarakat petani karena di desanya kehidupan petani sangat menyedihkan dan Dudy mengubah pikirannya: Ingin menyelamatkan alam sekaligus para petani Desa. Keinginannya terkesan muluk-muluk, tetapi begitulah pemikiran seorang anak muda: Idealis!

Namun perjuangan Dudy, selalu gagal, apalagi Dudy juga bermain hati dengan Aliya Gadis cantik Bos mafia tanah dan memiliki ibu yang matrealistis. Membuat Dudy sedikit terganggu dalam perjuangannya untuk mensejahterakan para petani.

Saking cintanya Aliya terhadap Dudy. Aliya pun ikut berjuang membangun kehidupan para petani dan berani melawan Bapaknya yang sudah terlanjur kaya sebagai cukong Tanah.

Aliya melihat ketidak adilan yang dilakukan sang bapak, seperti Sistem tanam paksa dan penggusuran menyebabkan kelaparan petani di desa itu. Para pemilik sawah dan petani pun terus dibohongi dengan Kebijakan lainnya yaitu sistem pertanian liberal yang memunculkan pengusaha-pengusaha swasta, agar para petani bisa mengikuti para bandar tanah dari Jakarta.

Dilain pihak para cukong kembali memprovokasi warga dan menyuruhnya menyemprot tanaman taninya dengan pestisida, dan menjualnya kepada juragan Darso dengan harga tinggi tanpa memikirkan kerusakan tanamannya.

Setelah semua dapat uang, Penduduk Desa beramai-ramai berangkat ke kota untuk memborong barang-barang baru. Saking Banyaknya warga jual sawah Mobil-mobil pribadi berjejeran di Desa semakin banyak, sementara sawah makin menyepit dan hampir lahannya tidak ada.

Namun Setelah Pergantian Kepala Desa oleh seorang perempuan bernama Kades Kailasa baru banyak berubah. Sebelumnya jalan aspal yang mengelupas, terus di perbaiki, rumah-rumah catnya berganti, dan bangunan Masjid dindingnya sudah dilapisi keramik. Setiap pagi, para orang tua berangkat ke ladang bersama para buruh dan anak-anak mereka; mencangkul, menanam benih, menjadi kenyaman masyarakat Desa. Ahirnya para Pemuda Desa dan warga berani menghadapi para perampas tanah, dan menghapus jejak suram menjadi Desa Impian yang di pelopori oleh Dudy dan Tokoh Tokoh HKTI. (red)

Komentar Anda

comments