Masyarakat di Tangsel Harus Rukun

Walaupun Berbeda, Masyarakat di Tangsel Harus Rukun

Tangsel, PalapaNews — Kota Tangerang Selatan (Tangsel) memiliki keragaman suku, budaya dan agama. Untuk menghindari hal itu terjadi, Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat  (Kesbangpolinmas) Kota Tangsel menggelar kegiatan Peningkatan Toleransi dan Kerukunan dalam Kehidupan Beragama di Bukit Pelayangan, Serpong, Kota Tangsel, Jumat, (11/3/2016).

Kegiatan yang mengambil tema Peningkatan Peran Tokoh Agama, Pemuda dan Wanita Lintas Agama dalam Menciptakan Kondusifitas di Kota Tangsel ini mengundang 100 peserta dari unsur tokoh agama, pemuda dan wanita lintas agama.

“Kegiatan ini adalah bentuk nyata kerjasama peran Pemerintah Daerah bersama dengan elemen masyarakat  lintas agama, agar terciptanya suasana kehidupan beragama yang prural dan saling berdampingan,” ungkap Kepala Badan Kesbangpolinmas Tangsel Salman Faris.

Lanjutnya, kegiatan ini diperlukan sebagai wadah koordinasi dan konsolidasi antar umat beragama, guna menjaga kerukunan intern dengan masyarakat lainnya dan Pemerintah.

“Keberagaman etnis dan agama yang ada di Kota Tangsel sejauh ini dapat hidup berdampingan dan penuh dengan toleransi. Tentu saja kenyataan ini tidak menutup kemungkinan terjadinya gangguan muncul yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan NKRI,” jelasnya.

Kerukunan umat beragama di tanah air pada dasarnya telah mengalami banyak kemajuan beberapa tahun belakangan. Kesadaran umat dan keterlibatan aktif berbagai instansi pemerintah dalam memfasilitasi dan mendorong dialog-dialog dan kerjasama antar umat beragama telah dimulai sejak lama.

“Terlaksananya kegiatan ini guna mengoptimalkan tugas dan fungsi forum kerukunan umat beragama dalam rangka menjaga dan meningkatkan kondusifitas kehidupan beragama dan bernegara di Kota Tangsel,” pungkasnya.

Sementara, Staf Ahli Bidang Pemerintahan Kota Tangsel Chaerul Saleh berharap dengan kegiatan ini seluruh masyarakat lintas agama akan lebih bersatu didalam gerak langkah mewujudkan kehidupan yang harmonis dalam bingkai NKRI khususnya di Tangsel.

“Tangsel sudah pernah mengalami sebuah cobaan yang mengatasnamakan gafatar. Tentu ini sebuah aliran dan ajakan yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya. Mereka mengatasnamakan agama, mengumpulkan orang dan mempengaruhi orang agar mau mengikutinya. Hal ini tidak boleh terjadi kembali di Tangsel,” tegasnya. (man)

Komentar Anda

comments