Bola Panas Reshuffle Kabinet 2016

reshuffleTIADA hari tanpa isu panas di media sosial. Tahun 2015 adalah bukti nyata bahwa intensitas politik hingar-bingar di bumi Indonesia terlalu tinggi dan pekat. Sehingga, Indonesia tak sempat lagi memikirkan hal-hal yang lebih substansial kecuali kegaduhan politik dalam Negri. Lalu, bagaimana di tahun 2016 ini? Melihat berbagai macam isu serta fenomena-fenomena yang terjadi belakangan, mustahil sekiranya menjawab bahwa Indonesia baik-baik saja atau Indonesia akan tentram dan damai di tahun ini.

Bagaimana tidak, baru di awal tahun, Istana Negara langsung disibukkan dengan isu yang paling santer didengar yaitu Reshuffle kabinet 2016. Beragam fenomena pun mulai bermunculan ke permukaam. Mulai dari rapor para menteri beserta nama-nama yang dinilai berpotensi untuk di-reshuffle hingga partai-partai politik yang mulai merapat ke kubu Presiden.

Reshuffle Kabinet merupakan kabar baik bagi bangsa untuk terus berbenah dalam memajukan bangsa. Mengganti Menteri yang kurang kompeten dengan Menteri baru yang memiliki kapasitas dan integritas tinggi untuk membantu Presiden. Menteri yang mampu menciptakan peluang untuk meningkatkan hidup dan kesejahteraan rakyatnya merupakan patokan yang harus menjadi pedoman bagi Presiden.

Dengan begitu, Jokowi akan senantiasa menilai kinerja dari para menteri. Begitupun para menteri juga akan selalu lebih mengoptimalkan pekerjaan agar reshuffle tak menghampiri dirinya. Pola ini secara tidak langsung akan menjaga kinerja dalam roda pemerintahan.

Namun sayangnya, isu yang beredar di istana ialah presiden akan memberi jatah jajaran terhadap partai yang tadinya oposisi kemudian berubah haluan masuk ke lingkaran kubu presiden seperti PAN dan Golkar. Jika benar demikian, artinya nilai ideal suatu pergantian jabatan telah dinodai dan dicederai oleh sesuatu bernama kepentingan politik.

Reshuffle kabinet memanglah merupakan hak prerogatif seorang presiden, namun model pemilihan menteri seperti ini merupakan hal yang berbahaya. Tentu saja, sebab “bagi-bagi kursi” pemerintahan selain menyia-nyiakan kepercayaan masyarakat, pembagian jatah menteri berdasarkan warna ini juga telah melenceng dari orientasi seorang Presiden yakni sosok yang akan terus memperjuangkan kepentingan bangsa dan masyarakat.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa presiden yang katanya pro rakyat ini hanya mementingkan kepentingan politiknya semata. Kepentingan yang sebenarnya hanya bersifat temporal dan tidak pasti. Lantas kapan dan bagaimana bangsa ini dapat maju? Sangking akutnya permasalahan politik, mungkin saja pertanyaan ini pun tak pernah terpikirkan bahkan oleh Presiden sekalipun.

Maka dari itu, disamping bebas intervensi, reshuffle kabinet juga harus didasarkan atas kepentingan bangsa. Sehingga pasca reshuffle, kegaduhan politik tak lagi membahana seperti sekarang. Harapannya pemerintah tidak melulu larut dalam carut marut permasalahan di sektor politik belaka. Sudah saatnya Presiden beserta jajaran lebih fokus memajukan bangsa disektor-sektor lain seperti ekonomi dan pendidikan yang jauh lebih membutuhkan perhatian. (*)

Oleh: Dedy Ibmar, Aktis HMI Ciputat dan Penggiat Kajian PIUSH (Pojok Inspirasi Ushuluddin)

Komentar Anda

comments