Tanamkan & Pantaskan Diri Kita Sebagai Pahlawan

Dodi Prasetya Azhari SH
Dodi Prasetya Azhari SH

BANGSA yang Besar adalah Bangsa yang menghormati Jasa Pahlawannya. Itulah sepenggal kalimat yang disampaikan Presiden pertama Republik Indonesia Ir  Soekarno pada saat peringatan Hari Pahlawan tahun 1961. Ungkapan yang menggambarkan bagaimana kita harus menghargai jasa para pahlawan dan para pendahulu yang telah rela berjuang dan berkorban untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Hari ini bangsa Indonesia kembali memperingati Hari Pahlawan. 10 November punya makna yang historis bagi bangsa indonesia, kita sebagai bangsa memakainya sebagai hari pahlawan. Bagi bangsa kita,hari pahlawan adalah momentum sejarah yang menyulut semangat patriotisme. Momentum yang asal usulnya dapat dirujuk pada peristiwa tegaknya kedaulatan bangsa di hadapan bangsa penjajah.

Fakta Sejarah bangsa kita mengungkapkan, bahwa pertempuran yang ditaksir 3 (tiga) hari oleh pihak sekutu akhirnya harus berlangsung sampai berbulan-bulan. Dan peristiwa yang fenomenal itu, disobeknya bendera Belanda di atas hotel Yamato, adalah sikap ekspresif patriotisme bangsa indonesia untuk menegakkan daulat pasca proklamasi kemerdekaan.

Perang 10 November di Surabaya, yang melibatkan masyarakat sipil, kaum muda dan kyai saat itu, merupakan perang pertama atas nama bangsa yang merdeka. Dimana, gabungan rakyat sipil dari berbagai daerah seperti Surabaya, Sidoarjo, Jombang, dan kota lain di Jawa Timur bergabung dengan TKR untuk menjaga eksistensi NKRI di Surabaya dari keserakahan Inggris yang ingin menguasai Indonesia. Tak terbayang berapa banyak lautan darah yang tertumpah di Surabaya pada saat itu hanya demi satu cita-cita bersama untuk tetap Merdeka dan menjalankan kesepakatan tujuan bangsa dan negara indonesia yang tertera pada Pembukaan UUD 1945, “Menghapuskan segala bentuk penjajahan di atas muka bumi ini”

Lalu seperti apa kita harus memperingati dan memaknai hari pahlawan 10 November ini? Jawabnya, bukan hanya ceremonial dan upacara, tetapi bagaimana kita dapat meneladani dan meniru semangat juang para pahlawan tersebut demi merah putih dan Indonesia yang lebih baik.

Bung Karno dalam yang lain pernah mengingatkan. “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”

Negeri ini sedang dililit kanker korupsi mengakar yang sebagian besar dilakukan oleh bangsa kita sendiri. Kita membutuhkan orang-orang berani untuk memberantasnya, kita membutuhkan orang yang berani menolak prilaku curang dan orang yang mampu meyakinkan da menyadarkan masyarakat untuk tidak berpihak kepada pemakluman terhadap tindak pidana korupsi.

Negeri ini sedang terpuruk dalam hal penegakan Hukum. Kita membutuhkan pahlawan untuk tidak sekedar benar benar mewujudkan Hukum sebagai Panglima tapi bagaimana Hukum juga mampu berpihak kepada kebenaran, bukan Hukum yang menjadi alat bagi para penguasa menjaga kekuasaannya dan meninggalkan kepentingan rakyat. Negeri ini masih membutuhkan pahlawan di bidang ekonomi. Ekonomi yang mampu memenuhi kebutuhan hidup rakyat, bukan ekonomi yang selalu menguntungkan para pengusaha dan memperkaya pemilik modal tanpa memperhatikan kesejahteraan kaum pekerja, perekonomian yang di bangun atas dasar tujuan kesejahteraan bukan perekonomian yang berorientasi kepada penghisapan. Ternyata kita masih membutuhkan pahlawan di berbagai sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kita sebagai generasi muda harapan bangsa, kita jangan terjebak dalam salah satu kondisi kebuntuan berpikir atau kematian akan harapan, Apakah kita menjadi pesimis akan keberadaan pahlawan sejati, atau optimis akan keberadaannya tapi entah kapan dan di mana? Atau tak peduli dengan itu semua?

Pemuda boleh kehilangan segalanya, tapi tak selayaknya kita kehilangan harapan. Menurut Ali Syari’ati, salah seorang arsitek revolusi Islam di Iran, jangan hanya menanti dan berharap akan datangnya pemimpin yang adil, siapkan prakondisi yang memungkinkan pahlawan itu muncul.

Kapankah pahlawan sejati itu akan muncul? Ketika seseorang mampu mengatasi dirinya sendiri, dia bertindak bukan atas kepentingan pribadinya, keluarganya ataupun kelompoknya melainkan berdasarkan kebenaran yang diyakininya meskipun dalam berbagai kejadian yang berbeda.

Maka, bagi mereka yang percaya bahwa pahlawan itu tidak ditemukan tapi dilahirkan, berhentilah menunggu pemimpin yang akan memimpin perlawanan terhadap kedzaliman sebagaimana pilihannya, jadikanlah dirimu pahlawan itu, bangkitlah dan sadar sebagai pemimpin.

Sebab, setiap tempat adalah ruang bagi subyek untuk menunjukkan kesetiaannya pada kebenaran, dan setiap waktu adalah event (kejadian) tempat mengemukanya kebenaran. Maka tak ada kata lain, jadilah PAHLAWAN!!! (*)

Penulis: Dodi Prasetya Azhari SH, Ketua Umum Suara Kreasi Anak Bangsa (SKAB)

Komentar Anda

comments