Sedekah Bumi, Wujud Syukur Warga Lengkong Wetan

Tugu Lengkong Wetan, tempat ritual Sedekah Bumi. (fit)
Tugu Lengkong Wetan, tempat ritual Sedekah Bumi. (fit)

Tangsel, Palapanews — Sedekah Bumi. Mungkin sebagian besar warga di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) belum terlalu mafhum dengan dua kata itu. Ritual ini secara rutin dilaksanakan warga setiap tahunnya di Kampung Perigi, Lengkong Wetan, Kecamatan Serpong.

Dari penuturan Mak Uun kepada palapanews.com, Sedekah Bumi adalah wujud syukur masyarakat kepada alam. Caranya, dengan ritual berupa penyampaian doa-doa untuk para leluhur yang dilakukan bersama-sama di tempat terbuka.

Nenek kelahiran 1930-an ini merupakan penerus ketiga ritual Sedekah Bumi yang ada di Lengkong Wetan. Satu hari setiap bulan Suro, ritual Sedekah Bumi kerap dilakukan di Tugu Pertigaan Jalan Lengkong Wetan yang dimulai pada 13.00 WIB, dipimpin sendiri oleh Mak Uun.

Ratusan warga yang tergabung dari beberapa Rukun Tetangga (RT), tumpah ruah sembari membawa makanan dari rumah masing-masing. Dari rupa-rupa kue kering, lisong (cerutu), telur ayam rebus, ekor ayam begana dan ragam makanan lainnya.

“Nasi kuning, nasi putih, pisang raja dan pisang ambon dan beberapa makanan lainnya, di letakkan paling depan sebagai sajian utama ritual sedekah bumi,” katanya saat ditemui di kediamannya di RT 001/RW 010, Lengkong Wetan

Makanan-makanan pendukung yang dibawa masyakarat diletakkan berbaris rapi di pinggir jalan Lengkong Wetan hingga memenuhi sebagian badan jalan.

“Walaupun masyarakat tumpah ruah, tapi keadaan tetap hening dan tertib,” kenang wanita berkacamata ini.

Sajian utama yang diletakkan tak jauh dari tugu, ketua ritual, penghulu, dan para sepuh lainnya duduk paling depan menghadap sajian utama.

Disusul di belakangnya kerumunan warga yang sejak awal ritual tertib dan tenang. Lalu, penghulu membacakan ayat-ayat suci yang langsung diaminkan tujuh kali oleh warga.

“Setiap ayat yang dibaca, kami (sepuh dan warga, red) langsung mengaminkannya dengan tujuh kali amin,” terang wanita ramah ini.

Mak Uun, penerus ketiga Ritual Sedekah Bumi. (fit)
Mak Uun, penerus ketiga Ritual Sedekah Bumi. (fit)

Tak lama setelah itu, suasana mendadak ramai. Dari anak-anak hingga orang tua saling berebutkan. Apa yang diperebutkan?

Ternyata, warga memperebutkan beragam makanan, termasuk beberapa sajian utama itulah yang menjadi incaran masyarakat. Ada yang mendapatkan segenggam kue kering, ada yang mendapatkan pisang dan kerumunan warga masih saling berebut untuk makanan lainnya.

“Makanan yang didoakan dipercaya mengandung keberkahan bagi siapa saja yang memakannya. Termasuk ragam makanan yang turut didoakan sebelumnya,” paparnya.

Ternyata masih banyak cagar budaya di kota tercinta ini. Dan itu butuh uluran tangan semua pihak, agar cagar-cagar budaya yang ada tetap terus terjaga dan menjadi salah satu destinasi wisata yang dapat dikembangkan. (fit)

Komentar Anda

comments