Indonesia Jajaki Buka Bank di Myanmar

Menkokesra Kunjungan ke MyanmarPalapa News – Indonesia melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bakal membuka bank di Myanmar. “Kita juga jajaki untuk buka bank di Myanmar, yaitu BNI,” kata Menteri Koordinator Perekonomian RI, Hatta Rajasa dalam keterangan resminya kepada palapanews.com.

Negara Myanmar terutama Presiden Federation of Cambers of Commerce & Industry atau Kepala KADIN, kata Hatta, berharap agar Indonesia segera membuka investasi di negara tersebut.

“Mereka tadi mengatakan Pak Hatta tolong kalau bisa betul-betul ada kerjasama. Saya minta agar KADIN Indonesia dan KADIN Myanmar membuat agreement. Sepulangnya dari sini, saya akan memberitahu dan meminta KADIN agar cepat-cepat menyiapkan agreement, datang ke sini (Myanmar). Jangan ketinggalan, ingat ini 60 juta penduduk Myanmar dan sumber dayanya luar biasa,” papar Hatta.

Menteri senior kelahiran Palembang, Sumatera Selatan, ini menegaskan Myanmar menawarkan semua bidang kerjasama. Misalnya, bidang agricultural ada tiga hal yang perlu didalami oleh Indonesia.

“Pertama kedelai. Di sini produksi kedelai mereka ekspor dan harganya murah. Kedua, kerjasama di bidang beras. Bulog jangan hanya membeli. Untuk meningkatkan daya tahan, Bulog perlu untuk masuk kesini,” tuturnya.

Sementara yang ketiga di bidang agro itu sendiri, Indonesia bisa mengekspor palm oil atau minyak kelapa sawit. Hatta menambahkan, kemungkinan Indonesia bisa juga membangun pabrik minyak kelapa sawit dan industri turunannya di Myanmar.

“Dan untuk kepala sawit, kita memang tidak tersaingi,” tegasnya. Bidang agricultural ini Indonesia bisa mengekspor pupuk.

Myanmar juga meminta Indonesia untuk menggarap seman, serta membangun power plant, include pasokan batubaranya. Teknisnya, perusahaan yang menyuplai batubara, tidak hanya sekadar menjual. Namun PLN juga maju di depan untuk membangun power plant.

“Dan kita (PLN) punya pengalaman mengenai energi efisiensi,” tandasnya.

Soal kelistrikan ini, Presiden KADIN Myanmar langsung meminta Hatta untuk mendorong percepatan investasi, karena kelistrikan mereka baru 30%. “Jadi power, listrik ini benar-benar menjadi persoalan di Myanmar.”(awa)

Komentar Anda

comments