Pemkot Tangsel Apresiasi Positif Sekolah Demokrasi

Palapa News – Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan (Tangsel) memberikan apresiasi positif terkait keberadaan Sekolah Demokrasi. Demikian dikatakan Wakil Walikota Tangsel, Benyamin Davnie dalam kuliah umum serta pembukaan Sekolah Demokrasi Tangsel angkatan 2013 di Rumah Makan Telaga Seafood, BSD, Sabtu (9/3/2013).

Benyamin Davnie mengaku, pihaknya sangat bersyukur atas kehadiran sekolah demokrasi di Tangsel. Alasannya, karena bukan hal yang mudah bisa menyelenggarakan proses persekolahan demikian.

“Bukan hal yang mudah bisa mengumpulkan sekian banyak warga untuk mengikuti proses persekolahan ini. Ini membutuhkan kerja keras dan saya sangat mengapresiasi atas apa yang telah dicapai oleh penyelenggara,” ujarnya.

Ia menambahkan, interkasi dirinya dengan Sekolah Demokrasi bukan hal yang baru. Ia telah merasa terbiasa karena semenjak kehadiran Sekolah Demokrasi tujuh tahun silam, Benyamin sudah menjadi bagian dari proses dinamika Sekolah nin formal gratis ini.

“Sejak hadir di Kabupaten Tangerang, saya sudah terbiasa berinterkasi dengan Sekolah Demokrasi,” tambahnya.

Benyamin menyambut baik hadirnya Sekolah Demokrasi di Tangsel, karena Sekolah ini menjadi wahana proses pendidikan kewargaan untuk turut serta membangun Kota Tangsel sebagai rumah bersama.

Sementara itu, Abdul Hakim Garuda Nusantara dari KID sebagai penyelenggara Sekolah Demokrasi mengatakan Sekolah Demokrasi dirancang sebagai wadah proses belajar menggali pemahaman bersama bagaimana hidup dalam suatu masyarakat yang demokratis.

“Demokrasi yang kita nikmati saat ini usianya belum lama, walaupun dulu pernah menikmati sebentar, namun kemudian kita hidup dalam alam otoritarisme, alam tidak adanya demokrasi, sehingga kita harus terus mempelajari demokrasi,” tuturnya.

Dalam alam demokrasi, tambah Hakim, kita harus terus belajar untuk hidup menerima perbedaan, keanekaragaman, kemajemukan, dan untuk mencapai hal tersebut membutuhkan proses waktu yang cukup lama.

Selain itu, lanjut Hakim, dalam demokrasi selalu ada ketegangan antara kesetaraan dan keadilan, sehingga kita perlu terus belajar ketika sebuah kesetaraan itu tidak terjadi, maka demokrasi menjadi sarana bagaimana menyelesaikannya secara adil, tidak bisa dengan kekerasan.

“Tujuan kita berdemokrasi adalah membangun serta mewujudkan keadilan, karena demokrasi tanpa keadilan berarti selesai, maksud saya selesai yaitu tamat riwayatnya,” tegasnya.

Sekolah Demokrasi membangun tradisi berdemokrasi, berbudaya hukum, budaya berwarganegara, budaya berdialog, budaya menyelesaikan masalah secara damai, sebagai bagian dari upaya untuk membangun peradaban demokrasi.

Program Manager Sekolah Demokrasi Tangsel, Dedy Ramanta menambahkan meskipun sudah hampir 15 tahun bangsa Indonesia menjalankan praktek demokrasi, bukan berarti demokrasi sudah sempurna dan dijalankan sebagai role of life. Demokrasi yang berjalan masih demokrasi “pemilihan” dengan menghasilkan kualitas dan kinerja wakil rakyat yang kian hari kian menurun.

“Sekolah demokrasi justru mengajak para peserta mencari jalan keluar guna memecahkan kebuntuan demokrasi “pemilu dan Pilkada”. Sekolah demokrasi mendorong para peserta untuk memperjuangkan demokrasi yang berpihak. Demokrasi yang berpihak pada orang miskin, demokrasi yang berpihak pada layanan publik, demokrasi non diskriminasi,” tegasnya.

Sekolah demokrasi, tambah Dedy mencoba untuk menghadirkan politik ditengah masyarakat bukan justru menjauhkan politik dari rakyat. Sekolah demokrasi selain memberikan bekal pengetahuan tentang demokrasi juga memberikan bekal keterampilan dalam demokrasi semisal keterampilan perencanaan dan pengawasan tentang anggaran Negara, pelatihan teknis menulis dan berbicara.(rls/awa)

Komentar Anda

comments