“Dampak pengurangan suplai daging sapi ini akan sangat dirasakan di DKI Jakarta. Sebab wilayah ini yang terbesar menerima suplai. Idealnya memang perlu ada kuota khusus bagi DKI sebanyak 50 ribu ton lagi. Sebab di Jakarta juga banyak tersedia dunia usaha, pengolahan daging dan sebagainya. Seperti industri sosis kornet, bistik dan sebagainya,” jelas Sarman, Rabu (6/6).
Sarman menyebutkan, saat ini stok daging sapi hanya tersisa 8.200 ton. Jumlah itu dinilai tidak cukup untuk kebutuhan seluruh wilayah di Indonesia. Sebab biasanya, jelang puasa hingga Idul Fitri, kebutuhan daging sapi mencapai 15 ribu ton. Karena itu, jika tidak dilakukan penambahan kuota harga daging dikhawatirkan bisa melonjak lagi hingga Rp150 ribu per kilogram.
Lebih lanjut, Sarman menyayangkan sikap Pemprov DKI Jakarta yang seolah kurang perduli. Harusnya, pemprov melakukan tindakkan dengan meminta kepada Pemerintah Pusat, agar menambah kuota pasokkan daging sapi untuk Jakarta. Apalagi, PD Dharmajaya, selaku BUMD yang bertugas memasok daging sapi tak mampu memenuhi pasokkan. “Kami berharap pemprov segera meminta kepada pemerintah pusat, untuk menambah kuota daging sapi,” tandasnya. (PN-1)