Globalisasi Bunuh Karakter Bangsa

Globalisasi. (bbs)
Globalisasi. (bbs)

MEMASUKI era postmodern tentunya tak lepas dari evolusi teknologi yang semakin meluap. Di setiap belahan dunia berlomba unjuk gigi dalam persaingan di bebagai bidang, yang pada akhirnya teknologi lebih di utamakan dan mengambil alih semua aspek dalam kehidupan.

Kita yang terlahir pada era ini mau tidak mau harus mengikuti arus yang sudah ada. Satu yang menjadi pertanyaan dalam menanggapi hal ini, Apakah akan membawa atau terbawa ?

Sebagai jawaban dari pertanyaan di atas, kembali kepada masing-masing orang yang menghadapinya. Kemanapun kaki ini melangkah semuanya tak bisa lepas dari cengkraman teknologi. Globalisasi ini membuat dunia terasa menyempit dengan mudahnya berselancar dari satu tempat, yang tentu sekarang sudah menjadi budaya sehari-hari dalam beraktifitas dengan koneksi internet. Dampak baik dan buruknya tentu bisa di rasakan, akan tetapi yang terpenting adalah bagaimana  mengambil jalan yang lebih seharusnya di utamakan.

Karena melihat penilaian negara di nyatakan maju salah satunya adalah di pandang dari perkembangan teknologinya, mendorong kuat semua negara untuk bersaing membesarkan diri. Begitupun Indonesia yang mendiami letak geografis sangat strategis sehingga memyimpan sejuta kekayaan alamnya, ditambah lagi sebagai jalur perlintasan belahan bumi bagian selatan.

Indonesia Belum Siap!

Arus globalisasi semakin hari semakin pesat berkembang. Tanpa di sadari perkembangan itu telah menelan jati diri terutama bangsa Indonesia tak mengenal golongan. Budaya yang sejatinya harus di perjuangkan menjadi kebanggaan anak negri, kini lenyap secara perlahan.

Dengan demikian sikap bangsa Indonesia yang di kenal ramah, berubah dengan cepat hingga lahir sifat-sifat radikal, pertempuran antar kampung sampai antar sekolah yang semakin marak mewarnai nusantara. Dengan melihat sebagian bangsa yang mempertahankan sikap komunalnya, belum memperlihatkan jiwa yang sesuai dengan ideologi dan falsafah bangsa. Nah, ini adalah salah satu yang mendorong konflik di Indonesia yang mengakibatkan di peralat oleh oknum-oknum yang gelisah dengan perkembangan Indonesia.

Di tambah lagi masuknya arus globalosasi, bangsa kita belum bisa mengontrol dengan baik. Sosialisasi kebijakan-kebijakan pemerintah yang di anggap kurang maksimal menjadi salah satu penyebabnya.

Dengan demikian, tak heran fakta yang terjadi pada diri bangsa Indonesia. Media sosial rentan menjadi jalur mudahnya masuk budaya-budaya yang menghilangkan indentitas Indonesia. Semua golongan bisa ikut berpartisipasi dengan mudah hanya membutuhkan gadget serta koneksi internet, dunia ini seolah berada dalam gemggaman tangan. Gadget sekarang tak hayal lagi karna semua bisa memiliki dengan mudah sekali akibat harga yanh di tawarkan dapat di jangkau oleh semua golongan.

Polemik Pandangan Agama

Dalam kehidupan sosial tentu tak bisa lepas dari agama, karna sentimen terhadap agama begitu dinutamakan. Karna itu polemik agama selalu di bawa-bawa dalam setiap masalah. Tapi memang tidak semua berdampak negatif, agama pun memanfaatkan sebagai sarana penyebaran ajarannya. Hanya saja penyelewengan tak dapat di cegah dengan mudah, dengan memanipulasi identitas diri oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, agama-agama di adu dombakan.

Melihat hal ini, agama-agama menuai banyak kritikan terkait pesatnya teknologi yang membuat budaya agamis bangsa Indonesia lupa akan amanah yang di bebankan berdasarkan kepercayaannya. Hampir setiap orang terlalu mendewakan media dengan informasi yang publikasikannya.

Hal ini mendapat dorongan kuat karena semakin canggih teknologi, game yang tidak mengandung pendidikan hanya berupa kesenangan semata membuat sikap generasi muda semakin menjauh dari aturan agama. Game online yang di produksi oleh negara-negara adi daya di pergunakan sebagai salah satu alat mengubah ruang gerak anak Indonesia sejak dini.

Tanpa memfilter terlebih dahulu kita hanyut dengan kesenangan semata, tanpa memikirkan apa akibatnya. Semua waktu acapkali di sempatkan untuk bernostalgia dengan sebuah permainan, sebelum tidur hingga sampai bangun tidur yang teringat adalah sebuah gadget, ini sudah menjadi rutinitas sekarang pada anak Indonesia.

Dengan berbagai game yang di kemas sangat menarik memperbudak budaya warisan nenek moyang. Game Clash of Clan yang biasa di kenal COC sudah menjadi hal wajib ada pada gadget anak bangsa, tanpa di sadari game yang berkategori strategi itu terdapat unsur-unsur politik di dalamnya. Sebuah kerajaan yang di bentuk dari awal dan di pertahankan untuk berlanjut pada tingkat yang lebih tinggi, ternyata beedasarkan pengamatan tak jauh berbeda dengan prediksi bahwa pusat islam di makkah yakni ka’bah di gambarkan pada level atas dalam game ini.

Untuk itu, agama dan negara mensyiarkan keluarga adalah sarana utama untuk mengontrol generasi-generasi bangsa Indonesia ke arah yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Asumsi-asumsi pada anak di usia dini sangat berpengaruh untuk kehidupan selanjutnya.

Tapi negara juga mempunyai tugas besar dalam hal ini, dengan menyaring produk-produk yang sekiranya kurang mendidik dan berdampak buruk bagi anak bangsa dengan adanya unsur-unsur yang dapat merusak karakter bangsa. Pengadaan sarana pendidikan dini yang lebih layak juga harus di tingkatkan demi menciptakan manusia yang bejiwa Indonesia mendatang. (*)

Penulis: Nur Cholish Hasan, Kordinator lapangan Koalisi Mahasiswa UIN (KMU), keluarga mahasiswa cilegon (KMC) dan aktifis HMI cabang Ciputat

Komentar Anda

comments