Memaknai Laporan Mckinsey Global Insitute

Pemerhati Sosial dan Alumni IISIP Jakarta

Indonesia saat ini, dapat dikategorikan sebagai negara yang mendapatkan keberuntungan dibandingkan negara berkembang lainnya. Keberuntungan ini dapat dirasakan, ketika negara-negara lain terpengaruh  krisis yang ditiup dari Eropa dan Amerika Serikat, ternyata Indonesia masih tetap berdiri kokoh.

Hasil kinerja perekonomian yang mengagumkan sepanjang satu dekade terakhir ini, menunjukan, kuatnya pertahanan ekonomi nasional dan mampu menjadi bagian penting di kancah dunia internasional. Keberhasilan ini, dapat dikategorikan sebagai kebangkitan pertumbuhan ekonomi nasional di mata internasional.

Pertumbuhan ekonomi nasional terus mengalami trend postif, dan membawa kebaikan pada pertumbuhan kelas menengah. Terbukti, kelas menengah terus mengalami peningkatan seirama membaiknya ekonomi nasional. Menyikapi perbaikan ini, lembaga konsultan McKinsey Global Insitute menilai, kelas konsumen di negara ini, mampu mendorong perekonomian Indonesia mengalahkan Jerman dan Inggris yang berada di 10 besar dunia pada tahun 2033 mendatang.

Chairman McKinsey Global Insitute (MGI) Indonesia Raoul Oberman menempatkan perekonomian Indonesia diurutan ke 16 untuk kategori ekonomi terbesar di dunia. Dengan mengkategorikan kelas konsumen sebagai penduduk dengan pendapatan per kapita lebih besar atau sama dengan US $ 3.600  pertahun.(***)

Dalam laporan McKinsey berjudul The Archipelago Economy: Unleasing Indonesia’s Potential, kelas konsumen Indonesia diperkirakan tumbuh menjadi 135 juta orang ditahun 2030 dari 45 juta orang tahun 2010. Keberhasilan ini, penilaian penulis merupakan hasil pencapaian kinerja ekonomi nasional selama beberapa tahun terakhir yang terus bergerak meski dihadang krisis global.

Pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan II 2012 tercatat 6,4 persen atau naik dibandingkan dengan triwulan yang sama 2011 sebesar 6,3 persen. Dengan PDB atas dasar harga berlaku pada triwulan II 2012 yang mencapai Rp2.050,1 triliun dan PDB perkapita yang mencapai USD3.542,9 di 2011, Indonesia dikelompokkan sebagai negara berpenghasilan menengah (middle income countries).

Untuk ukuran Indonesia dengan ekonomi US$ 850 ribu, pertumbuhan 6,4% tergolong tinggi, bahkan pencapaian ini merupakan pencapaian tertinggi sejak negara ini berdiri. Merujuk laporan yang disampaikan Asian Development Outlook Edisi Juli 2012, menunjukan perekonomian nasional semakin menunjukan tren positif. Negara kepulauan ini diyakini bakal bersinar kendati krisis ekonomi dunia tengah menghantam.

Faktor penopang pertumbuhan ekonomi penilaian penulis, dipengaruhi nilai investasi yang melebihi target. Nilai investasi Indonesia triwulan kedua tahun 2012 membukukan nilai tertinggi sepanjang sejarah. Pasalnya, krisis keuangan di Eropa membuat banyak investor asing lari ke Indonesia. Pertumbuhan ekonomi nasional terus menujukkan tren positif di saat negara-negara lain masih dinaungi awan kelabu krisis global.

Kemampuan bertahan dari krisis global ini, menyebabkan banyak investor yang merelokasi investasinya ke negara yang memiliki ekonomi stabil. Saat ini, Indonesia menjadi negara urutan kedua terbaik di G20 dengan pertumbuhan 6,4%. Apa lagi secara keseluruhan, perkiraan pertumbuhan GDP di Asia pada 2012 menurun sebesar 0,2 persen dari tahun sebelumnya 7,9 persen menjadi 7,7 persen.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasi investasi di Indonesia, baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA) pada triwulan kedua mencapai Rp76,9 triliun. Kedua, konsumsi domestik yang begitu kuat.

Konsumsi domestik menyumbang hampir 60% dari perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Selain itu, adanya pertumbuhan harga konsumen yang stabil, daya beli konsumen yang menguat, serta kepercayaan bisnis, yang membantu meningkatkan permintaan domestik.

Semakin  membaiknya ekonomi dalam negeri ini, diperkirakan Indonesia akan menambah 90 juta orang ke dalam kelas konsumen. Pertumbuhan kelas konsumen ini, nantinya akan lebih tinggi dari negara mana pun di dunia, Kecuali China dan India. Kenyataan ini penilaian penulis, sebuah sinyal yang kuat bagi pelaku bisnis dan investor internasional akan berbagai peluang baru yang menjanjikan.

Untuk memastikan kesinambungan ekonomi jangka panjang, penulis menilai, Indonesia perlu mengatasi tantangan dalam mengelola permintaan yang terus meningkat. Tujuannya agar pertumbuham ekonomi lebih impresif, untuk itu perlu adanya peningkatkan produktivitas dibidang tenaga kerja hingga 4,6 persen atau 60 persen lebih tinggi dari rata-rata produktivitas di satu dekade terakhir.

Dalam akselerasi menggenjot pertumbuhan investasi diperlukan perbaikan infrastruktur. Seperti penulis ketahui, untuk menggiatkan iklim investasi perlu menyediakan serta perbaikan sarana dan prasarana yang memadai.

Dengan adanya pendukung ini setidaknya dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan perikanan, yang pada akhirnya dapat membangun perekonomian nasional dengan penggunaan sumberdaya yang cerdas dan berinvestasi dalam pengembangan ketrampilan. Pada akhirnya mampu menarik minat investor di tengah krisis dunia yang berkepanjangan.

Memaknai laporan yang disampaikan Mckinsey Global Insitute terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus mengalami trend positif, penulis meyimpulkan keberadaan Indonesia saat ini cukup diperhitungkan oleh dunia internasional. Penilaian ini, berdasarkan pertumbuhan ekonomi nasional yang berpotensi mengalami akselerasi disaat sebagian besar negara dunia mengalami pertumbuhan ekonomi yang cenderung negatif.

Bukan sebatas itu saja, pertumbuhan permintaan di kelas menengah (kelas konsumen) terbukti telah menjadi berkah tersendiri bagi Indonesia. Pertumbuhan kelas menenggah secara massif telah berkontribusi bagi pertumbuhan positif perekonomian nasional dengan prospek ekonomi secara cerah.

 

Komentar Anda

comments